Skip to main content

Perpanjang ITAS (Spouse/Dependant visa) Via Online

Terasa seperti ini, Gunung Baturnya ada tapi nggak keliatan. Sistemnya ada, tapi masih berkabut. Katanya sih berlaku sejak tanggal 17 Desember 2024, bersamaan dengan semua perubahan seperti paspor dan biayanya.  Karena harus perpanjang ITAS di akhir tahun, gw sudah kontak mereka dan bilang "Oh bisa extend via website." Di websitenya agak membingungkan buat pemula karena ada beberapa bagian. Bagian yang paling mentereng adalah bagian APPLY , yang mana ini harus digunakan untuk orang yang belum pernah apply ITAS . Sejenis untuk mendapatkan TELEX visa dulu yang nantinya dikonversi ke ITAS.  Perlu dicatat ini adalah ITAS dengan pasangan Indonesia sebagai sponsor ya. Tentunya perlu penjamin yang apply VITAS dll sebelum ke ITAS. Apply sebagai penjamin bisa di website yang sama. Tapi kalau apply sendiri bisa dengan menggunakan "Personal". Setelah masuk ke website imigrasi dengan menggunakan ID Penjamin, bagian HOME akan tampil beberapa hal. Nah, bagian Extend ITAS tuh a...

Cerita Karantina di Hotel

Cerita karantina selanjutnya 2 kali di hotel. Kali ini, semuanya berjalan lebih terkoordinir. List hotel karantina bisa dilihat di sini. Jadi nggak ada lagi drama nggak diladenin karena ina inu. Tinggal pilih hotel, hubungi hotel via WA atau email, kirim dokumen yang diperlukan, lalu kita dapat QR code yang nantinya ditunjukkan ke pihak bandara. 

Karantina pertama kali di hotel gw bulan September kalau nggak Oktober 2021 dan bulan Januari 2022. Gw pesen di dua hotel berbeda. Karantina di hotel pertama dapet rejeki cuma 3 hari, jadi biaya yang dikeluarkan juga nggak sebanyak kemaren yang 7 hari. 

dipakein gelang rumah sakit, dilepas pas check out.

Nah, alurnya secara detail ada yang berubah sedikit tapi secara garis besar masih sama. Begitu datang, urus dokumen ini itu, lalu kita di PCR di lokasi. PCR ini hasilnya didapat dalam waktu 1 dan 2 jam karena ada dua lab yang berbeda. Waktu pertama kali gw karantina, gw harus nunggu hasil di bandara sebelum diangkut ke hotel. Tapi karantina kedua gw langsung diangkut ke hotel. Kata pihak hotel, "Ya kalau ibu tdk ada telpon atau kabar dari pihak hotel artinya tes ibu negatif. Kalau positif ya ibu harus karantina, dengan ambulan sendiri seharga 900ribu. Bayar sendiri." Ini buat hotel yang katanya di luar wilayah Jakarta. Kalo di dalem gw nggak tau ya. 

Lah setelah dijemput, dianter ke hotel, udahlah mulai sudah kita karantina. Karantina ini paketnya sama, makan 3x sehari, laundry 5pc sehari, 2x tes PCR, transport dari bandara ke hotel (dan sebaliknya kalau hotel dekat bandara, kalau jauh nggak ada). Percayalah, makanannya ENAK BANGET. Padahal di hotel yang beda ya, tapi kateringnya beneran enak banget. Suka aja gw mereka bener-bener serius. 

Isi makanannya pasti makanan inti yang terdiri dari 2 menu utama (misal ayam dan daging, ikan dan ayam, ayam dan daging, seafood dan daging, dll), nasi, buah atau makanan penutup, dan minuman seperti jus atau teh. Isinya nggak kaleng-kaleng. Banyak banget. Kalau di wisma satu menu aja cukup, kalau di hotel 2 menu utama tiap jam makan. 

Pasti kenyang. Nggak mungkin laper.

Lalu kamar tidak dibersihkan, tapi ada juga yang dibersihkan. Tergantung hotel sih ini. Nah bentukan hotel beda-beda ya. Ada yang nggak ada jendela sama sekali, ada yang pakai jendela tapi nggak bisa dibuka. Ada yang pake balkon. Jadi sesuaikan aja lah dengan kebutuhan. Yang jelas dikarantina 7 hari tanpa udara segar itu nggak enak sih. 

Nggak boleh dijenguk (YAIYALAH), nggak boleh order makanan atau barang online juga ya via ojol, nggak boleh ngapa-ngapain kalau dari luar pokoknya. Jadi pastikan pas karantina udah bawa barang yang diperlukan buat karantina. 

Beda dari wisma atlet, kita masih bisa keluar kamar jalan-jalan singkat, cari udara seger lah ya, tapi di hotel nggak boleh keluar kamar. Keluar kamar boleh ketika tes PCR sehari sebelum check out. Ini pun juga sama. Kalau negatif nggak bakal dikasih tau hasilnya. Jadi siap-siap aja jam 9 pagi buat telpon hotel buat check out. Karena hasil PCR ada di hotel maksimal jam 9 pagi. Hasil PCR bisa saja keluar jam 6 sore sebelumnya, maksimal 9 pagi pas check out. 

Waktu di hotel pertama kali, karena gw nggak tau, akhirnya gw pesen pesawat jam 9 pagi abis nelpon hotel. Karena emang nggak dikasih tau sama sekali. Tapi di hotel yang kedua kemaren gw nggak ngerasa apa-apa, badan gw baik-baik aja, jadi setelah PCR langsung beli tiket pesawat. 

Bagi gw, lebih membosankan karantina di hotel karena emang di dalem kamar aja. Gw ini orang rumahan tapi karena dikekep gitu nggak dapet udara seger rasanya kek meledak. Tapi ya gw kerja juga sih, jadi yaaa abis kerja nonton netflix heheeheee. Abis 3 drakor gw lol. Makan juga tepat waktu, jam 7 pagi, 12 siang, 6 sore LOL.

Tapi ini pengalaman di Jakarta ya. Kalau hotel di Bali gw belum pernah. Mungkin udah mulai karena pintu Indonesia udah dibuka buat orang asing. Kita tunggu aja. 

Comments

Popular posts from this blog

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu vis...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Perpanjang ITAS (Spouse/Dependant visa) Via Online

Terasa seperti ini, Gunung Baturnya ada tapi nggak keliatan. Sistemnya ada, tapi masih berkabut. Katanya sih berlaku sejak tanggal 17 Desember 2024, bersamaan dengan semua perubahan seperti paspor dan biayanya.  Karena harus perpanjang ITAS di akhir tahun, gw sudah kontak mereka dan bilang "Oh bisa extend via website." Di websitenya agak membingungkan buat pemula karena ada beberapa bagian. Bagian yang paling mentereng adalah bagian APPLY , yang mana ini harus digunakan untuk orang yang belum pernah apply ITAS . Sejenis untuk mendapatkan TELEX visa dulu yang nantinya dikonversi ke ITAS.  Perlu dicatat ini adalah ITAS dengan pasangan Indonesia sebagai sponsor ya. Tentunya perlu penjamin yang apply VITAS dll sebelum ke ITAS. Apply sebagai penjamin bisa di website yang sama. Tapi kalau apply sendiri bisa dengan menggunakan "Personal". Setelah masuk ke website imigrasi dengan menggunakan ID Penjamin, bagian HOME akan tampil beberapa hal. Nah, bagian Extend ITAS tuh a...