Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Ingin Tinggal di Pedesaan

Geneva

... tapi bukan di Indonesia 😂 Gatau deh ini akhir-akhir ini aku suka banget nontonin kanal orang di youtube yang tinggal di desa, bisa self sufficient banget, tenang, damai, slow. Trus nonton Gilmore Girls, Virgin River juga. Suka aja ngeliatnya. Emang bener kehidupan di desa memang terasa berjalan lebih lambat karena nggak ada yang ngejar-ngejar. Nggak macet dan nggak sebising kota.

Sebenernya mau gw simple. Gw emang banyak maunya sih tapi ya kenapa emang? Siapa tau diaminin malaikat lho. Gw pengennya tinggal di tempat desa yang alamnya itu masih lebih banyak daripada manusianya. Tapi kalo bisa sih fasilitasnya udah lengkap termasuk fasilitas kesehatan ya, terlebih lagi soal internet! Internet cepet adalah koentji. 

Sempet lho kepikiran, "Ah gw pengen tinggal di NZ. Jumlah kambingnya aja jauh lebih banyak dari jumlah manusianya." Atau tinggal di sana tapi yang masih bisa nemu kang bakso, lontong kupang, sate, cilok, cimol, lupis, getuk lindri lewat depan rumah gitu. Ya tuhan udah minta-minta, banyak mau lagi. Yaudahlah gapapa, kali aja diaminin malaikat. Trus pengen juga punya kucing yang bisa eek di luar tapi juga bisa jadi kucing rumahan yang manja. 

Gak harus desa yang nduesoooo banget gitu enggak. Kayak mertua gw idup di kota kecil yang jalan 10 menit aja udah masuk hutan-hutan, 30 menit aja udah ke negeri tetangga, internet cepet banget, segala fasilitas ada. Gitu lho yang gw mau. Apa gw ngikut mertua aja kali ya? 😆 Jangan ding. Melanggar prinsip lol.

Delden

Dulu gw mikir gw adalah city person. Tapi akhir-akhir ini bener-bener kewalahan banget rasanya. Ya gw yakin rasa kewalahan ini nggak gw aja yang ngerasain. Ditambah lagi dengan adanya pandemi ini lho yang bikin lelah makin berkepanjangan. Kerjaan semuanya dikerjain dari layar komputer, mata makin lebih cepet sepetnya, leher rasanya tegang kaku. Enak sih, enak banget. Privilege banget bisa kerja dari depan layar, dimana aja. Tapi nggak bisa seenaknya keluar rumah. Kalau keluar juga masih was-was juga. Rasanya kangen ketemu orang random untuk sekadar chit chat bertukar kabar, ngobrolin anjing liar, cuaca yang panasnya nggak ketulungan yang diikuti dengan rekomendasi minuman seger yang bisa didapat. 

I know we have our own battles in life. Gw cuma manusia biasa yang hobi ngeluh dan banyak mau aja 😂

Ah udah ah. Jangan lupa guys, masih pakai masker ya dan VAKSIN lah kalau dapat kesempatan! Jangan kasih kendoorr!!! 

Have a good one and stay safe, people! 💚 

Comments

  1. Mungkin jenuh dengan rutinitas sehari-hari di kota jadinya pengin hidup di pedesaan. :)

    Sama dengan orang desa, pengin juga liburan ke kota, soalnya di desa sepi, cuma bunyi jangkrik doang kalo malam krik krik krik...😂😂😃

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHAHAHAH bener banget. Kita memang cenderun menginginkan yang kita ga punya ya hahaha

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Ujian hari senin

Kejadian ini terjadi tepat senin minggu lalu. Baru kali itu aku merasa 'WOW.. ini senin yeay'. Karena biasanya 'haduhh udah senen lagi'. Kebayang kan kalo seneng begitu dihari senen menyambut pagi dan hari itu rasanya langka banget. Otomatis pengennya hari itu berlangsung indah. Jam setengah 9 pagi, seperti biasa ke pantry ambil minum bareng sama temen sebangku. Dia bikin teh, aku nyuci botol sekalian ngisi dong. Seperti biasa juga, kadang aku males sih nyuci botol dengan ritual lengkapnya, akhirnya cuman bilas pake air panas. Ya mungkin nggak sampe 50 ml juga. Dikit banget deh. Temen juga selalu bersihin gitu gelasnya pake air panas. Pic source is here Eh lakok lakok... si bapak pantry yang serem itu tiba-tiba bilang 'Gak bisa ya gak nyuci botol pake air panas? Tiap sore itu banyak komplain gara-gara airnya abis'. Yakaliii air abis tinggal isi aja, ibu yang dulu aja nggak pernah ada komplain. Ya aku bilang lah ini cuman dikit, lagian yang ngelakuin ini