Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Merhaba Istanbul



 
Traditional Turkish coffee in an authentic cup and a traditional bread called Simit.

Sebenarnya sih udah nulis soal Istanbul, tapi ada di iPad HJ dan lupa belum transfer. Jadi kita re-type aja meskipun feelingnya nggak sama huhu.

I was writing about Istanbul when we traveled to Kazbegi. It took so long time and boring because my husband was sitting next to driver, and I sat next to a couple who doesn’t speak English and so proud to speak Russian. So I was the only one who said nothing during the trip. Percuma, Bahasa Inggrisnya adekku yang masih SD aja jauh lebih oke dari mereka.

Oke… sebelumnya nggak pernah mikir bakal ke Turki. Tapi karena beberapa pertimbangan, serta ada satu misi penting yaitu ketemu mertua, akhirnya kita (lebih tepatnya, dia) putuskan untuk ketemu di Turki. Karena mertua nggak bisa travel terlalu jauh, dipilihlah Istanbul sebagai titik temu kita berempat. Yang paling jauh ya tentu saja saya. Jauh dan tentunya penuh drama (dramanya nanti aja, banyak pelajarannya kok huhu).

Kita berdua sampai di Istanbul 5 hari lebih awal dari mereka. Karena kita inginnya familiar dulu dengan keadaan sekitar, jadi nanti pas jalan sama mertua bisa jelasin satu dua tiga hal (yang ternyata nyampe ratusan).

Hmmm.. tentunya yang pertama diinjak di Istanbul adalah bandaranya dong ya. Nggak Cuma Istanbul aja sih haha. Ceritanya begini, kita berdua baru kali ini ke Istanbul, mana ada sih orang betah antri lama-lama ya, eh kita surprisingly kaget banget ketika melihat antrian di imigrasi sepanjang ular piton mau beranak. Luar biasa panjangnya. I mean, gw pernah antri di Singapore panjang banget, tapi nggak sampe 5 menit udah kelar.

Saya pernah baca di blog mana-mana kalo antrian di Istanbul itu panjang, ya saya kira sih hanya mentok 100 lah, atau orang sejumlah satu pesawat. Ternyata ya Tuhan, panjangnya bukan main. Biasanya ada penanda buat kita jalan mengular itu kan ya, nah panjangnya itu lebih panjang dari imigrasi Surabaya, Dubai, Singapore, panjang banget lah intinya, dan juga ada sekitar 10-15 baris. Kita perlu waktu sekitar 20-30 menitan, sampe antrian koper bagasi udah kelar malahan. Coba bayangin aja, misal nih (amit-amit) kita udah punya e-visa, ehh ternyata e-visa kita keliatan ga valid, trus suruh antri bikin VoA, opo yo ora mateng kuwi mbaleni antri tekan kaitan? nangis nggelundung nang pojokan wis 😂

Udah antri lama, dan pas cek nama saya, ada kali 5 menit lebih. Gatau lah mungkin mereka takut kali ya kalo gw mau nyebrang ke Suriah. Demi nama siapapun deh gw ga minat nyebrang nyusup berkorban bodoh demi join grup asal Suriah sana. 

Oke enough about it here, gonna write it later.

Ya namanya juga travel ke tempat baru, pasti banyak lessons to learn. Yang jelas saya seneng banget bisa ketemu mertua disana, yaa meskipun mereka berkorban banget bisa travel kesana. Semoga lain kali saya yang bisa kesana biar mereka nggak jauh-jauh keluar dari rumah. Visa ohhhh visaaaa...

Ditulis sesaat setelah landed di bandara Juanda, Surabaya. (sesaat??? 4 jam setelah mendarat)

See ya..


Strictly prohibited to take my photos without permission

Comments

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Write Down Your Dreams, They Said.

Moscow Yes, all things I have and I do right now is all the things that I have written down on papers, during my sleeps, in my consciousness, in my visions. So let's do that again here.  I have another dream that I really think of. It's the thing I want to do when I have so much money, or enough money, or when money doesn't matter anymore, or who knows!  I wanna build a school for kids who can't afford to go to school. I want them to pay nothing, and I want them to learn the basic things like how to respect others, how to tell people their ideas/opinions, familiarize them with being kind, how to think logically, how to solve problems, etc. All the basic survival things in life.  I think my passion is always in education, but I don't always like to follow the old-school rules. There are so many important things we don't learn at school that I think should be taught there. Once we graduate from school, we usually don't know how to navigate life. Who taught you...

Pakai Debit Jenius di Luar Negeri

Amsterdam Central Station  Ini pertama kalinya pakai debit Jenius di luar negeri. Pemakaian ini menggunakan sumber dana EUR yang ada di aplikasi. Jadi uang yang keluar adalah uang EUR, bukan IDR.  Untuk buka rekening valas di Jenius, tinggal ditambahkan saja bagian buka akun valas lalu pilih kurs yang diinginkan. Di kasus ini gw punya rekening EUR di Jenius yang ditujukan untuk transaksi di Eropa.  Karena kemarin lagi di Belanda, akhirnya pengen coba pakai debit card Jenius karena EDC di Belanda belum tentu bisa untuk kartu kredit saja. Sebelum digunakan tentunya jangan lupa untuk menyambungkan kartu debit ke rekening mata uang asingnya biar sumber pengeluaran juga langsung dari tabungan valas itu. Tinggal klik klik aja kok. Tibalah saatnya menggunakan mata uang EUR yang sudah kubeli dari Jenius. Waktu itu gw pakainya di Schipol, di dua toko berbeda, dan keduanya nggak bisa tap langsung. Jadi harus insert kartu, tentu bukan masalah.  Karena terbiasa dengan transaksi...