Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Tentang Istanbul


Sebelum menginjakkan kaki di Istanbul, jelas lah kita napak kaki dulu di bandaranya ya. Soale kita terbang cui, kecuali kalo kita jalur darat dari Siria uhhh.

Okay... kali ini saya cuma nulis hal-hal yang tampak mata dan nggak semuanya menyenangkan tentang Istanbul. Kotanya cantik sih, saya akui cantik dan saya suka apalagi sejarahnya. Nah pertama kita napak kaki dulu di bandara ya. Sumpah demi apapun, antrian customnya panjang banget. Mungkin sekali antrian kita maEh tapi ada lho yang begitu. sedih liatnya.
suk, kita harus menanti ratusan orang didepan kita. Kita 2 kali antri custom sekitar 20 menit. Termasuk leletnya petugas imigrasi cek visa dan paspor kita. Suami sih prosesnya cepet (mungkin karena doi orang EU ya), saya butuh hmmm 3-5 menit ketika pertama kali masuk imigrasi Istanbul. Sampai depan mas loket imigrasi juga deg deg ser, jangan sampe lah suruh balik visa suruh pake VoA bisa nangis ditempat ini. Antrinya panjang bener.

Singapura juga rame lho, tapi cepet prosesnya (karena sekalinya ada yg bermasalah pasti langsung dilempar ke tim khusus, jadi bukan loket yang ngurus masalah tersebut)

Selain antri imigrasi yang ga cepet, koper mertua juga katanya di pos nomer sekian ternyata ada di nomer keberapa. Jadilah pas menanti mertua, kita nunggu selama 1,5 jam.

Selain itu bandaranya termasuk sempit, terlalu crowded. Kalau diliat dari jumlah orang yang masuk imigrasi, tentunya dapat dengan mudah disimpulkan kalau Istanbul jadi destinasi favorit ya. Karena banyak orang datang kesana. Tapi kenapa bandaranya kesannya sumpek banget. Kayak jalan pun pasti nyenggol orang. Dubai juga banyak orang di bandaranya tapi nggak pernah tuh senggolan sama orang disana. Pengap lah istilahnya ini bandara.

Petugasnya, nggak ada senyumnya. Paling pelit senyum deh, kecuali staf Emirates disana yang bahkan sempet muji dress yang saya pakai hari itu katanya cantik dan lucu (dress-nya lah). Petugas Turkish juga agak kurang responsif. Meskipun di akhir kita sudah dapet penyelesaian sih, tapi butuh 30 menit juga. Dan ada petugas security check yang nggak senyum blas, dia yang ngambil frame kayu lukisan saya. Bisa dimaklumi sih frame kayunya pasti suruh buang nggak boleh dibawa ke kabin tapi mbok ya senyum dikit kek. Kita nanya alesan jawabannya cuma NO NO NO. Apapun pertanyaan kita jawabnya no. Dan ya, mereka nggak bisa Bahasa Inggris. Ini bandara internasional hello. Dan juga nggak ada wifi ya. wifi ada sih tapi nggak gitu bisa. Jangankan bisa, ngirim code ke nomer hape kita aja nggak nyampe. Padahal kan ya kena roaming kan kita yang bayar.

Oke cukup ya tentang bandaranya. Intinya saya nggak suka sama bandaranya dan suami nyesel kenapa juga kudu flight balik ke Istanbul abis dari Tbilisi.

Nah, di Istanbul itu kayaknya kota penuh perokok aktif semua. Jadi lebih sedikit perokok pasifnya. Ciwi ciwi pada pake baju syari juga ngerokok. Ini yang bikin kaget. Bukan soal kaget banyak wanita perokoknya sih, tapi cukup kaget banyaknya perokok aktif disana. Mungkin lebih banyak daripada orang Indonesia. Yang gw pikirin 'wah, ini pasar gede nih buat ex kantor gw' 😂

Mungkin karena hobi mereka juga pake water pipe juga (shisha) jadi kesannya udah biasa aja. Ngerokok itu sama kayak bernafas. Kita cobain water pipe tapi saya yang nggak suka begituan nggak doyan. Sekali hisap langsung batuk batuk. Harga untuk satu varian sih kisaran 20-40 lira. Tergantung rasa yang dipesan.

Banyak pengemis juga. Itu sih pengungsi dari Siria. jadi mereka ini nggak ada di pagi hari tapi ada mulai sore hari sampai malam hari. Tiap hari kita sedia uang receh buat dikasih mereka. Ada juga pemulung disana. Kita kirain orang Indonesia ini yang paling menyedihkan level kemampuan bahasa inggrisnya, ternyata Istanbul juga.

Yang paling asik, penjual jagung bakar, jagung rebus sama kestane nya. Itu bener-bener snack pas buat brunch atopun sore hari. harga jagungnya 2-3 lira, kestane 10 lira untuk 100gram. Kestanenya dibakar, kalo mertua lebih suka yang raw dan setelah cobain, yang raw ternyata enak juga sih.

Tapi kalau ada pertanyaan, bakalan dateng lagi kesini nggak? Uhmm kita berdua kompak bilang 'Maybe... but not that soon. Maybe in future' (rada males sama bandaranya huhu)

Ini cuman sisi nggak asiknya ya, tapi kalo kotanya cantik kok. Saya suka sama old town nya Istanbul 💙

Comments

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini