Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Tentang Istanbul


Sebelum menginjakkan kaki di Istanbul, jelas lah kita napak kaki dulu di bandaranya ya. Soale kita terbang cui, kecuali kalo kita jalur darat dari Siria uhhh.

Okay... kali ini saya cuma nulis hal-hal yang tampak mata dan nggak semuanya menyenangkan tentang Istanbul. Kotanya cantik sih, saya akui cantik dan saya suka apalagi sejarahnya. Nah pertama kita napak kaki dulu di bandara ya. Sumpah demi apapun, antrian customnya panjang banget. Mungkin sekali antrian kita maEh tapi ada lho yang begitu. sedih liatnya.
suk, kita harus menanti ratusan orang didepan kita. Kita 2 kali antri custom sekitar 20 menit. Termasuk leletnya petugas imigrasi cek visa dan paspor kita. Suami sih prosesnya cepet (mungkin karena doi orang EU ya), saya butuh hmmm 3-5 menit ketika pertama kali masuk imigrasi Istanbul. Sampai depan mas loket imigrasi juga deg deg ser, jangan sampe lah suruh balik visa suruh pake VoA bisa nangis ditempat ini. Antrinya panjang bener.

Singapura juga rame lho, tapi cepet prosesnya (karena sekalinya ada yg bermasalah pasti langsung dilempar ke tim khusus, jadi bukan loket yang ngurus masalah tersebut)

Selain antri imigrasi yang ga cepet, koper mertua juga katanya di pos nomer sekian ternyata ada di nomer keberapa. Jadilah pas menanti mertua, kita nunggu selama 1,5 jam.

Selain itu bandaranya termasuk sempit, terlalu crowded. Kalau diliat dari jumlah orang yang masuk imigrasi, tentunya dapat dengan mudah disimpulkan kalau Istanbul jadi destinasi favorit ya. Karena banyak orang datang kesana. Tapi kenapa bandaranya kesannya sumpek banget. Kayak jalan pun pasti nyenggol orang. Dubai juga banyak orang di bandaranya tapi nggak pernah tuh senggolan sama orang disana. Pengap lah istilahnya ini bandara.

Petugasnya, nggak ada senyumnya. Paling pelit senyum deh, kecuali staf Emirates disana yang bahkan sempet muji dress yang saya pakai hari itu katanya cantik dan lucu (dress-nya lah). Petugas Turkish juga agak kurang responsif. Meskipun di akhir kita sudah dapet penyelesaian sih, tapi butuh 30 menit juga. Dan ada petugas security check yang nggak senyum blas, dia yang ngambil frame kayu lukisan saya. Bisa dimaklumi sih frame kayunya pasti suruh buang nggak boleh dibawa ke kabin tapi mbok ya senyum dikit kek. Kita nanya alesan jawabannya cuma NO NO NO. Apapun pertanyaan kita jawabnya no. Dan ya, mereka nggak bisa Bahasa Inggris. Ini bandara internasional hello. Dan juga nggak ada wifi ya. wifi ada sih tapi nggak gitu bisa. Jangankan bisa, ngirim code ke nomer hape kita aja nggak nyampe. Padahal kan ya kena roaming kan kita yang bayar.

Oke cukup ya tentang bandaranya. Intinya saya nggak suka sama bandaranya dan suami nyesel kenapa juga kudu flight balik ke Istanbul abis dari Tbilisi.

Nah, di Istanbul itu kayaknya kota penuh perokok aktif semua. Jadi lebih sedikit perokok pasifnya. Ciwi ciwi pada pake baju syari juga ngerokok. Ini yang bikin kaget. Bukan soal kaget banyak wanita perokoknya sih, tapi cukup kaget banyaknya perokok aktif disana. Mungkin lebih banyak daripada orang Indonesia. Yang gw pikirin 'wah, ini pasar gede nih buat ex kantor gw' 😂

Mungkin karena hobi mereka juga pake water pipe juga (shisha) jadi kesannya udah biasa aja. Ngerokok itu sama kayak bernafas. Kita cobain water pipe tapi saya yang nggak suka begituan nggak doyan. Sekali hisap langsung batuk batuk. Harga untuk satu varian sih kisaran 20-40 lira. Tergantung rasa yang dipesan.

Banyak pengemis juga. Itu sih pengungsi dari Siria. jadi mereka ini nggak ada di pagi hari tapi ada mulai sore hari sampai malam hari. Tiap hari kita sedia uang receh buat dikasih mereka. Ada juga pemulung disana. Kita kirain orang Indonesia ini yang paling menyedihkan level kemampuan bahasa inggrisnya, ternyata Istanbul juga.

Yang paling asik, penjual jagung bakar, jagung rebus sama kestane nya. Itu bener-bener snack pas buat brunch atopun sore hari. harga jagungnya 2-3 lira, kestane 10 lira untuk 100gram. Kestanenya dibakar, kalo mertua lebih suka yang raw dan setelah cobain, yang raw ternyata enak juga sih.

Tapi kalau ada pertanyaan, bakalan dateng lagi kesini nggak? Uhmm kita berdua kompak bilang 'Maybe... but not that soon. Maybe in future' (rada males sama bandaranya huhu)

Ini cuman sisi nggak asiknya ya, tapi kalo kotanya cantik kok. Saya suka sama old town nya Istanbul 💙

Comments

Popular posts from this blog

Menjadi dotcom

Few days ago, I wrote what I want to do on early 2017. And one thing has been done today. What is that? Tarararaaaaaaa.... silverestrella.com As I promised myself, now this blog has been upgraded to dotcom. I found a domain hosting through Mas Adhi . He wrote that when I was looking for hosting for my blog. So thank you so much, you came on right time hahaha Dibilang alay ya udahlah nggak apa-apa, yang jelas seneng akhirnya bisa upgrade jadi dotcom yeyeyeyeee

Jumat ceria

Hari ini memang bukan hari jumat, tapi cuman mau bilang aja sih kalo hari yang paling aku tunggu-tunggu itu hari jumat. Why?   Karena jumat itu selalu ceria, kalopun ada meeting besar pasti di hari jumat dan banyak cemilan, orang-orang pada berangkat sholat jumat, yang nasrani juga mengikuti misa di kantor, bisa pake baju bebas dan bebas berekspresi sepuas-puasnya, dan..... bisa video call sepuasnyaaaaaa kapanpun karena dia libur kerja 😍😍 gambarnya lucu 😁  taken from internet

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter