Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Mengejar Blue Fire

 

Salah satu yang ada di bucket list saya sudah terpenuhi. Kawah Ijen di Banyuwangi. Yup! Baru kesampean aja beberapa bulan kemaren karena eh karena gatau ya ke Banyuwangi itu effort banget. Ada bandara tapi kecil, dan pasti mahal banget dari Surabaya kesana. Naek kereta pun kalo dari Malang adanya cuma ekonomi dan HJ ga mungkin bisa naek yang ekonomi gegara kakinya kepanjangan. Jadi kita berangkat dari Surabaya naek kereta bisnis, seharga sekitar 160ribu (seingat saya sih). Lumayan lah yang penting suami nggak komplain soal kaki yang nekuk. It always so annoying to hear him complain about that kind of stuff here.

Berangkat dari Surabaya (gubeng) sekitar jam 9 pagi, sampai Banyuwangi pukul 3 sore, dijemput pihak hotel dari stasiun. Lokasi hotel sekitar 30 menit dari stasiun (soal hotel ditulis terpisah nanti). Setiba di hotel, manager-nya bilang 'untuk malam ini, kalian berdua adalah satu-satunya tamu disini'. Berasa hotel milik sendiri.

Sepanjang perjalanan dalam kereta, ada 2 orang asing, laki-laki, dan mereka merencanakan untuk menuju Ijen. Ceritanya mereka ini cari barengan ke Ijen, tapi lokasi hotel kita jauh ternyata dari hotel mereka. Tapi kita tukeran nomer sih, kali-kali ntar mereka dapet transportasi dulu jadinya kita bisa bareng mereka. Begitu juga sebaliknya. Tapi sampai kita berangkat, tak ada tanda-tanda kehidupan dari mereka. No wifi no messages haha

Bertanyalah kita ke hotel soal transportasi ke Ijen, dan mereka bisa provide mobil dari hotel menuju Ijen ditunggu sebaliknya sampai hotel. Ya oke, we have no other choices dong. Waktu itu per orang dihargai 300ribu, yang mana saya yakin sih harganya bisa lebih murah kalau booking diluar. Karena opsi mengendarai motor adalah bukan pilihan. Dari hasil baca-baca blog dibilang kalo nyetir sendirian itu bahaya kalau nggak tau lokasinya karena emang sepi banget. Serius, jalan menuju sana kalo malem itu gelap banget. Gelap, nggak ada lampu jalan, sepi, dan agak serem. Masa iya sih berkali-kali gw kek liat gandul-gandul putih gitu saking parnonya. 

 

Kita berangkat sekitar jam 12 malem, karena mengejar blue fire. Hotel menuju Ijen sekitar 1,5 jam. Nggak jauh-jauh banget sih kalo malem kan sepi banget ya. Nah sesampainya disana, kita harus beli tiket ke atas. Harganya 100ribu, kabar baiknya itu harga berlaku buat lokal maupun mancanegara. Nggak dibedain kek ke Bromo. Ehhh pas beli tiket, ketemu lagi sama dua bule di kereta haha. Saya penasaran sih, ya saya tanya lah mreka gimana caranya kesini, mereak bilang ada se grup semobil. Kok ya ketemu lagi, jodoh mungkin ya hahaha. oiya buat anggota keluarga pengurus Ijen, masuknya gratis (temen kuliahku bapaknya orang Ijen sana, masuknya gratis).

Ok, pendakian dimulai!


Sebelum ke atas, kita dipinjami gas mask dan senter. Bayangin ya, kita ngerasa 'Ngapain sih pake masker gas segala? emang separah apa sih baunya?'. Tapi ya kita bawa aja dong, kita butuh ntar. Senternya dikasih satu aja. Dengan kondisi kesehatanku yang sehat, cuman kurang fit aja dikit, naeknya menggeh-menggeh. Bener-bener effort banget. Naeknya nanjak banget ya tuhan sampe udah pengen nggelinding aja deh balik aja. eh tapi kan ini ada di bucket list, nggak mau ah kalo nggak diselesein. Rada alay sih, tapi ya emang capek banget (sekalian sumpah 'gw ogah mendaki gunung semeru kalo kek gini rasanya ke Ijen' 😂). HJ mah dia fit bener, naeknya 10 meter dan kita ciwi lemah ini baru 2 meter. Ditinggalin deh dibawah, see you on top katanya. TEHIK

eh tuhan itu suami gw, sorry sayang.

Akhirnya sampai juga di atas dibagian stopover gitu. Dimana bau kopi dan pop mi menyeruak. Mendadak laper, tapi kita bawa segala macem cemilan dan minuman kok, plus itu tempat rame banget jam 3 itu, akhirnya kita putuskan untuk lanjut naik aja lah. Ditinggal lagi sama doi. Yawes karepmu wes . Nah sebelum kita naek, kita diteriaki sama orang ditanyain soal masker. Karena emang pas itu masker kita masukin tas, wong nggak bau apa-apa.

  
oiya, no toilet ya. jadi kalo kebelet pipis, yaa pikir sendiri deh gimana caranya memenuhi panggilan alam. ada sih tempat agak tinggi di balik kantin ini, tapi karena open banget akhirnya saya milih dibalik tulisan ini. ada gedung kosong dan saya pipis disana. kita naek bayar 100ribu, duitnya masa iya sih nggak bisa dibuat bangun toilet umum? bapak ibu pengurus ijen, tolong dong dipertimbangkan yaaa..

 

Mendaki sekitar 15 menit,eh ditengah-tengah ternyata baunya langsung menyengat. Nggak cuman bau aja ya, tapi kabutnya juga. Ya karena yang bikin bau ya sih kabut itu kan yang kebawa angin. Arahnya bener-bener unpredictable. Tapi kita tetep naek sampe akhirnya ada yang bilang 'Look! That is the blue fire, can you see it?'. Penasaran dong, akhirnya keliatan nongol blue fire yang selama ini diidamkan untuk diliat pake mata kepala sendiri. Maksud hati ingin memotretnya, namun apa daya, kamera tak menyanggupinya bahkan  kamera baek pun. Usut punya usut, kita harus turun banget ke bawah lebih dekat biar bisa liat dan motret. Dari atas cuman keliatan sekilas aja selama beberapa menit karena jam sudah mulai menunjuk ke arah 4.30 pagi. Kemudian HJ bilang, 'sayang, kamu mending nyalain kompor gas dirumah aja deh daripada jauh-jauh kesini tapi blue firenya ga keliatan kek di gambar-gambar'. Gila nih bocah.

 
bromoijentours.com

 

Diatas dingin ya kalo kita diem gitu, akhirnya makan lah bekal kita, sembari menanti. Eh lakok sunrise nya ketutupan kabut sih. Hemmm sempet agak kecewa trus HJ bilang, 'Kita turun aja dulu lah, ngopi dulu, mopmi dulu, trus naek lagi kalo emang kita masih pengen. Gimana?'. Iya deh manut suami, lagian juga laper. Popmi segelas kan cukup ngisi perut. Murah pula.

 

 
sepanjang naek keatas dengan senter seadanya, kedengeran orang pada ngomong 'ojek mbak ojek'. Di bromo sih ojeknya pake kuda, lah disini apaan? barulah setelah terang saya mengerti bentuk ojeknya gimana. this is it! semacem gerobak didorong begini. kalo pas naek dan yang orangnya gede, terpaksalah mereka menarik atau mendorongnya satu gerobak banyak orang. konon katanya gerobak ini hadiah dari orang Prancis untuk mengangkut belerang. stay strong bapak-bapak! you are great!

Kita nggak mau pergi dengan rasa penasaran, akhirnya kita naek lagi keatas sekitar jam 6.30. Kabut udah mulai fade away, bau udah nggak seberapa menyengat (cuman membeku aja, ada es di topi HJ). Ternyata uhhhhhh cantik banget! Bener-bener cantik! Serius sumpah demi tuhan, gw ga brenti bilang alhamdulillah dan bersyukur.  

 
sesaat setelah sunrise



Kita ambil lah beberapa foto yang cantik-cantik, satu jam kemudian kita putuskan untuk turun -yang artinya harus jalan lagi 1-1,5 jam lagi- dan itu effort lagi. Banyak yang keglincir. Tapi sampai di bawah, kita udah ga kuat ngantuknya. Dalam perjalanan balik ke hotel pun masih ditawarin turun di kebun kopi sama kebun cengkeh, sambil merem-merem kita turun, tapi bentar aja langsung balik mobil meluncur ke hotel. Sampai hotel jam 12 siang, mandi, sholat, tidur. Sisanya? bau belerang disemua barang yang menempel badan, sebut saja baju, tas, sepatu, jaket, semuanya bau belerang. Bau baru hilang sebulan kemudian 😂


Note: Ijen bukanlah tempat pembuangan sampah yang besar, so kalian kalo kesana, BAWA PULANG SAMPAH LO GUYS! Behave please. Trus jangan coret-coret. Lu kira batu gede itu papan tulis apa?! Jadi please ga usah coret-coret ga mutu macem 'aku sayang kamu, aku cinta kamyu celamanya campe mati'. Please gak usah! Indonesia itu cantik, lebih cantik lagi kalo tangan kalian ga jahil ngerusaknya. Sekian dan terimakasih.

This trip is one of amazing trip we did. It's worth it and we love it 💙

Comments

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Ujian hari senin

Kejadian ini terjadi tepat senin minggu lalu. Baru kali itu aku merasa 'WOW.. ini senin yeay'. Karena biasanya 'haduhh udah senen lagi'. Kebayang kan kalo seneng begitu dihari senen menyambut pagi dan hari itu rasanya langka banget. Otomatis pengennya hari itu berlangsung indah. Jam setengah 9 pagi, seperti biasa ke pantry ambil minum bareng sama temen sebangku. Dia bikin teh, aku nyuci botol sekalian ngisi dong. Seperti biasa juga, kadang aku males sih nyuci botol dengan ritual lengkapnya, akhirnya cuman bilas pake air panas. Ya mungkin nggak sampe 50 ml juga. Dikit banget deh. Temen juga selalu bersihin gitu gelasnya pake air panas. Pic source is here Eh lakok lakok... si bapak pantry yang serem itu tiba-tiba bilang 'Gak bisa ya gak nyuci botol pake air panas? Tiap sore itu banyak komplain gara-gara airnya abis'. Yakaliii air abis tinggal isi aja, ibu yang dulu aja nggak pernah ada komplain. Ya aku bilang lah ini cuman dikit, lagian yang ngelakuin ini