Who would have thought that I experienced fire in the building. This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated. That’s what I thought. Until it really happened. We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances. “Oh no, something serious...
Dari rumah, rumah kita ada di daerah Arjosari ya, buat yang tau, itu semacem Malang pinggiran. Mau ke tengah kota itu setengah jam. Kita naik angkot yang menuju ke arah Lawang, sebut saja angkot hijau karena emang warnanya ijo yak, dari situ sekitar 15 menit menuju Singosari. Kita salah tempat turun, harusnya kita turun di Pasar Singosari biar lebih deket, eh turun di gang sebelumnya. Jadilah kita jalan agak jauh. Tapi karena getting lost itu kadang seru juga, dari situ kita berdua tau kalau disitu banyak sekolah islami semacem MI, MTs, MA gitu deh. Padahal atmosfernya nggak islam-islam banget sih, tapi ya ada satu ponpes disitu.
Nah setelah jalan 15 menit, sampailah di candi Singosari. Kita masuk isi daftar
restorasi 1937
6km itu nggak jauh-jauh banget sih, tapi hemmm sumpah amazing banget. Saya nggak nyangka lho di suburban macem Singosari gini masih ada daerah yang terpencil banget, yang kayak di desa gitu atmosfernya. Asik kok.
Nah nyampe nih ya, parkir, OMG ternyata ruame. Dan kita baru sadar itu liburan waisak. Maklum ya bukk eike kan udah berenti kerja jadi sehari-hari rasanya holiday, nggak sadar hari 😁
Tiket masuknya 2500 aja. Karena bapaknya uber nggak pernah kesana, dan karena kita suruh nungguin juga, ah kita ajak aja masuk sekalian. Kita beliin tiketnya, kita masuk bareng kesana. Candinya bentuknya lucu banget. Kalau candi lain biasanya beken dengan ujung lancip, ini ujungnya dan bentuknya kek rumahnya Patrick di Spongebob square pants. Ini bukan penistaan lho, tapi ini bentuk kekaguman saya aja baru pertama kali ini saya liat candi bentuknya bunder gini. Ada yang tau mungkin ada candi lain bentuknya juga begini?
menuju candi Sumberawan
waisak
nggak dicantumkan tahun restorasi
kayak rumahnya hobbit
Kita disana nggak lama-lama banget, sebentar aja trus balik ke Pasar Singosari. Berapa kita bayar ongkosnya??? 40 ribu aja. Ditunggu dan pp. Murah ya...
Lanjut ke Kebun Raya Purwodadi naik angkot. Ada kali setengah jam ya. Keneknya heboh ada bule naek angkot, ada juga cewek rada centil gitu tapi surprisingly dia bisa ngomong bahasa Inggris, jadi dia nerjemahin pertanyaan keneknya ke suami. Apa kabar saya? Mana laku saya kalo udah jalan sama suami ya yang beken si suami.
Sampai di kebun raya, HJ bilang ini lebih gede daripada yang di Bogor. Tapi buat saya mah, segede-gedenya kebun raya juga saya nggak ngerti pohon macem apa disana, fungsinya apa soale dateng ya cuman dateng doang. Nggak ada yang jelasin apa-apa. Tapi sama suami dijelasin beberapa lah ya, sambil kita jalan mesra gitu bro. Berasa pacaran ditaman.
Kita agak lama abisin waktu disana, karena emang jalan, jadinya ya lama gitu. Balik ke tengah kota udah sorean. Dan lumayan kok, worth to try 😉
Strictly prohibited to
kan ke candi heuheu
ReplyDeleteaku ngalup mbak, ayo dolan
Haha sik yo entenono aku muleh, aku sek mengudara
DeleteNdi, kok rag ono poto kecipokane? Mumpung nang kebon, hahaha
ReplyDeletewaduh, mengko podo meri lho mas
Delete