Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Jugun Ianfu Bukan Pelacur!



 
Mardiyem, mantan jugun ianfu (pic : santijehannanda.com)

Menyambung postingan sebelumnya tentang Nyai, yang beken di era penjajahan Belanda hingga Jepang menginvasi Indonesia (sekitar taun 1942), Jepang memiliki cara tersendiri untuk memenuhi hasrat para prajuritnya. 

Jugun Ianfu sebutannya.

Berbeda dengan memelihara gundik di masa penjajahan Belanda, Jepang cenderung menyediakan wanita-wanita Negara jajahan untuk memenuhi hasrat seksualnya. Jika prajurit Belanda direkomendasikan untuk memelihara satu gundik (yang mana gundik tersebut memang mau untuk dijadikan gundik karena pilihannya sendiri), maka pemerintahan Jepang dengan 'senang hati' memaksa wanita Indonesia untuk dijadikan 'ransum' prajurit. Saya sedih sih menyebutnya ransum, seolah mereka makanan yang disajikan untuk dilahap. 

Bagaimana dengan teknisnya? Jepang 'merekrut' wanita-wanita bahkan anak-anak pun tak lepas darinya. Ada yang kurang beruntung berusia 12 tahun, bahkan yang belum mengalami menstruasi sekalipun tak luput dari kejamnya Jepang kala itu. Kemudian wanita-wanita tersebut dikumpulkan di suatu barak. Diperiksa kesehatannya untuk kemudian diberikan satu kamar khusus untuk melayani tamunya. Tamu kemudian datang masuk menggunakan karcis yang dibeli dari tiketing yang ada di depan barak. Bagi tamu yang mampu membayar lebih, biasanya mereka membeli tiket untuk beberapa jam dan tipe tamu yang seperti ini yang disukai para Jugun Ianfu karena dengan melayani satu tamu selama berjam-jam bisa sedikit memberikan mereka waktu untuk rehat dari memberikan 'pelayanan seks'. 

Ada satu kesamaan antara jugun ianfu dan juga gundik Belanda, yaitu sarana untuk memelihara kesehatan para prajurit dari penyakit perempoan (penyakit menular seksual). Kesehatan para jugun ianfu dikontrol rutin setiap bulan, jika ada yang menderita penyakit menular maka dia akan diisolasi hingga sembuh.

Seorang mantan jugun ianfu berani menuturkan kejadian yang dialaminya kala itu. Setelah menutup kenangan menyedihkan selama puluhan tahun, akhirnya dia berani membukanya. Momoye sebutannya. Semua wanita yang diculik, diberikan nama Jepang sebagai nama kerjanya. Momoye bahkan belum mengalami menstruasi saat dijadikan jugun ianfu. Dia bahkan tak tau apa itu berhubungan badan. Hari pertamanya 'bekerja', dia pun langsung digarap hingga belasan orang hingga mengalami pendarahan parah.

Jika beruntung, akan ada orang yang membeli tiket berjam-jam untuk sekedar ngobrol tanpa melakukan hubungan seksual. Hal ini sedikit melegakan bagi mereka untuk sekedar beristirahat sejenak (selain ketika menstruasi). Para prajurit diwajibkan menggunakan kapotjes (kondom) untuk berhubungan seksual agar tidak menghamili jugun ianfu. Ada salah seorang prajurit yang menyukai momoye dan menolak untuk menggunakan kondom. Hingga beberapa saat kemudian momoye ditemukan hamil, yang diketahui oleh pemimpin barak, yang menyebabkan dia harus menggugurkan kandungannya. Membunuh bayinya, serta merusak rahimnya. 

Pandangan saya pribadi, pemerintahan Jepang ini jauh lebih kejam daripada Belanda. Jepang, jika melihat orang tionghoa, akan dengan senang hati memperkosa kemudian membunuhnya. Ibarat kata darah mereka halal untuk dinikmati. Hal ini tentunya mengingatkan saya akan film Korea yang berjudul My Way. Dimana orang tionghoa dan Korea berada dalam kekuasaan Jepang yang super kejam.

Lagi-lagi, pandangan orang Indonesia terhadap mereka sangatlah membebani mereka. Layaknya seorang Nyai, mereka pun tidak dihargai karena dianggap pelacur. Hanya saja nasib para nyai masih lebih beruntung daripada jugun ianfu karena mereka hanya mengabdi kepada satu tuan dan hidup serumah dengan nyaman bersama tuannya. Terkuak bahwa pemerintahan Jepang kala itu memang menyediakan rumah bordil, yang mana tentu saja dianggap ajang pelacuran. Namun bukan orang yang rela melacurkan diri, tapi memang orang-orang yang diculik dan dirampas kehidupannya untuk menjadi budak seks. 

Perbudakan ini berakhir setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia 2. Barak menjadi tak terurus, tak ada pula kontrol kesehatan, tamu sudah jarang berkunjung, semua sepi hingga mereka memutuskan untuk melarikan diri dan menyelamatkan diri mereka dari perbudakan. 

 
Sampul buku (pic : erlangga.co.id)

Cerita ini digambarkan di buku yang berjudul Momoye : Mereka Memanggilku. Lagi-lagi, it's worth to read. Untuk mengenal sejarah melalui cerita. Untuk lebih mengenal dan memahami bahwa mereka bukanlah pelacur. Tapi mereka adalah korban perang. Korban perang yang dilupakan. 

Semoga Tuhan memberikan tempat yang indah disisinya, untuk mereka yang pernah dirampas kehidupan dan harga dirinya. 

Comments

  1. Saya suka tulisannya, sangat informatif.

    Artikel tentang gundik masa Hindia Belanda, ada?

    ReplyDelete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini