Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengalahkan Rasa Takut akan Tenggelam

Makanan setelah renang di KOOD Sanur (serba vegan)

Dari dulu takut banget sama air dengan volume yang besar. Mungkin di kehidupan gw sebelumnya gw pernah tenggelem kali ya. Makanya nggak pernah bisa renang. Karena ya takut tenggelam. Bahkan sekedar kecipak kecipuk aja takut. Sampai pindah ke Bali.

Pindah ke Bali nggak berekspektasi setinggi itu sih. Ternyata, jadi lebih sering main air di pantai. Nggak renang, cuma berendam aja. Lama-lama jadi kebiasaan dan udah mulai terbiasa dengan air. Ternyata seru juga yaa.

Kemudian dilatih suami gw buat berani snorkeling. Iya takut awalnya, nggak percaya meskipun dia bilang nggak akan tenggelam karena pake fin. Hmm masaaaa~~ Ya tetep pake pelampung sih. Pertama kali nyemplung, tentu saja heboh takut tenggelam padahal udah pake pelampung, pake fin, mana dipegangin juga. Tapi heboh aja, takut tenggelem. Ada 3 spot waktu itu, gw cuma nyemplung satu spot aja belum juga 15 menit udah naik kapal.

Beberapa kali snorkeling akhirnya baru berani lepas pelampung dan langsung pake fin aja. Ternyata emang iya ngapung seenak itu segampang itu. Padahal semuanya serba fisika, dasar pula. Gw tau banget gimana caranya ina inu, tapi rasa takut terlalu besar yang menghalangi ilmu fisika terserap otak agar bisa dipraktekkan tangan dan kaki secara terkoordinasi. 

Nah setelah pelan-pelan mulai bisa menguasai air, nggak takut lagi dengan volume air yang banyak, puncaknya adalah ketika diving. Pas diving ehhhhh kok malah nggak takut tenggelem. Mantranya sih, "Gravitasi nggak ada di sini, ya emang gw harus tenggelem lah. Tenang aja tanknya penuh kok. Ada gurunya juga gak bakal kenapa-napa gw. Jadi apa yg dikhawatirkan? Nggak ada!" Hiu sih. Tapi ternyata mereka hobi kelonan. Kan jadi lucu, nggak serem lagi. 

Bener-bener bisa menikmati diving, selesai diving gw bertekat gw harus bisa renang. Iya agak kebalik sih ya, tapi kan diving nggak harus bisa renang. Yang penting bisa ngapung aja. Tapi gw masih heran sama gw yang nggak pernah bisa jalan tegak waktu gendong BCD yang berat banget. Kok orang-orang bisa bawa tank kayak enteng gitu. Gw bongkok-bongkok bawanya, jalan 3 menit aja rasanya kayak mendaki gunung Ijen 3 jam.

Diving bener-bener kayak titik balik gw yang ngilangin rasa takut tenggelam gw. Aneh sih tapi selesai diving gw bener-bener nggak takut tenggelam sama sekali.

Akhirnya gw ambil kelas renang dong Mei ini. Bener-bener belajar dari awal, cara nafas, cara pakai tangan dan kaki. Semuanya. Sejam pertama kek orang bego. Trus waktu dapet kliknya dan nggak takut tenggelem, eh langsung bisa dong. Gw bisa renang. Gw ternyata bisa renang dan PD banget nggak takut tenggelam. 

Iya sih masih sekali nafas, belom bisa yang ambil nafas berkali-kali itu. Karena ya baru pertama kali sih. Tapi gw udah bisa renang dan nggak tenggelam oh my god! Pertemuan pertama gw bisa renang sejauh 10 meter dengan kedalaman 1,5m menuju 5m dengan sekali nafas. Gatau ini hal yang patut dibanggain atau nggak tapi gw udah bisa renang wkwkwk. Gw bangga sama diri sendiri yang udah nggak lagi takut tenggelem. 

Lalu diajarin juga cara ambil nafas di tengah-tengah. Bagi gw sulit banget, tapi udah mulai bisa dan tau harus kapan ambilnya. Tinggal latihan aja lagi biar lebih terbiasa. 

Gw udah bisa renang 😂 Gatau, gw bangga banget sama diri gw yang udah nggak takut tenggelam. 

Well... goodbye to the fear of drowning. I won! 😛

Comments

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini