Skip to main content

Mengunjungi Moscow Pertama Kali

Moscow Bukan jadi negara yang ada di daftar kunjungan impian, but I did it anyway.  Jujur waktu pertama kali dapat info ke Rusia, agak deg-degan banget. Kayaknya gara-gara gw terlalu banyak nonton film yang ada hubungan Rusia-nya. Tapi ya dijalani aja karena ke sana buat ketemu suami.  Perjalanan gw mulai dari apply e-visa yang gampang banget itu, tentunya juga dengan tiket yang sudah di tangan. Di konter check in bandara Bali, pertanyaan yang gw dapatkan sedikit agak panjang. Gw bisa lihat di muka mbaknya, "Ngapain ke Rusia lu?" Kira-kira begitu, tapi tentu saja pertanyaan formal yang gw dapetin ya semacam apakah visanya udah pernah dipakai apa belum, ngapain ke Rusia, trus visanya minta difoto (ini nggak pernah terjadi di gw), krosceknya agak lama dikit.  Masuk ke custom check, kita nggak bisa pakai autogate karena di Rusia akan diminta stempel keluar negara kita. Jadi harus manual minta stempel. Seperti biasa, perjalanan interaksi gw dengan orang imigrasi di bandara selal

Ah demo buruh lagi

Hai… lagi-lagi menyoal pendidikan ya. Lagi demo buruh dimana-mana, minta UMK dinaikin. Udah setuju dinaikkan, tapi kebijakan yang dihasilkan dinilai merugikan para buruh. Pemerintah dipandang lebih mementingkan dan memihak pengusaha. Katanya sih begitu. Tapi kurang paham juga.
Pada beberapa kasus ada pengusaha yang keberatan menaikkan upah buruh, namun ada juga yang menyanggupi menaikkan upah buruh dengan syarat dan ketentuan. Syaratnya apa? “Oke, gaji elu gue naikin tapi sebagian dari elo gue PHK”. Nahh… gimana ini ? bagaimana jika menghadapi hal seperti ini? Dengan diberhentikannya sebagian buruh, akan semakin menambah beban kerja para buruh lainnya. Walaupun gaji naik namun beban kerja lebih tinggi. Itu kalau menurutku adalah “gak ada bedanya gaji naik ataupun nggak”.

Memang beberapa pengusaha merupakan usaha skala kecil menengah, bukan kelas tinggi. Karena kalau kelas tinggi seperti perusahaan multinasional atau bahkan internasional, mereka akan membayar pegawainya diatas garis UMK. Bisa dibilang cukup, atau mungkin lebih ya. Tapi entah apa yang dirasakan buruh diluar sana. Ditengah kebutuhan hidup yang makin meningkat, hal itu bahkan tidak tercover oleh gaji bulanan yang mereka terima. Yah, bagaimana pintarnya cari tambahan uang diluar jadinya.
Hmm.. menyorot soal ini, apa yang harus diperbaiki? Saya bukan ahli dalam hal ini, tapi saya memiliki pandangan tentang hal ini. Sebagai orang yang memiliki concern terhadap pendidikan Indonesia, melihat hal ini, yang bisa saya simpulkan pertama kali adalah “Nah, ini lho pentingnya pendidikan. Itulah kenapa, pendidikan itu penting ah udah dibilangin kok”. Kenapa penting? Ahh tidaklah perlu disebutkan pentingnya apa, semua harusnya sudah tau.

Jadi gini, dari sudut pandang saya, buruh itu kebanyakan (maaf) orang yang tidak berpendidikan tinggi. Mereka maksimal lulusan SMA. Dan sekarang kita lihat dari sisi SMA, siswa SMA itu didesain untuk kuliah. Sedangkan jika lulus, tentunya hanya akan menjadi pekerja kasar. Beda lagi dengan siswa SMK, mereka memiliki skill lebih dari siswa SMA. Didunia kerja, lulusan SMA harus mengejar lebih keras agar minimal sebanding dengan lulusan SMK yang memiliki skill lebih dibidang masing-masing. Saya tidak mengatakan bahwa kita semua harus kuliah, no. pendidikan bisa didapatkan dari luar bangku kuliah jika kita memang serius mencari ilmu. Tak sedikit juga lulusan sarjana tapi ilmunya kalah dengan lulusan SMA karena memang tidak niat dalam mencari ilmu. Hanya mencari ijazah.

Perlu saya garis bawahi disini ya, berpendidikan tinggi bukan berarti menuntut kalian untuk kuliah, namun mencari ilmu yang lebih dari sekedar ilmu yang ada di sekolah. Memang ada kelebihan tertentu jika mengenyam pendidikan dibangku kuliah. Namun semua memiliki satu esensi yang sama yaitu mencari ilmu, pengalaman dan mengembangkan diri.
Berhubungan dengan pekerjaan tadi, seorang yang memiliki skill lebih akan “dicari” oleh pekerjaan. Bukan berarti kita sombong, tapi kenyataan berkata seperti itu. Ibarat mutiara, biar kata ditengah selokan kotor juga pasti dicari orang. Gitu la ya ibaratnya.

Jadi, bekali diri dengan skill dan pendidikan yang mumpuni. Jika kita memiliki skill yang bagus, yang mumpuni, bisa jadi tenaga kerja kita tidak akan menjadi pekerja kasar atau buruh kasar. Mereka akan menjadi pekerja dengan skill yang mumpuni. Lalu timbul pertanyaan, trus siapa yang menjadi pegawai kasar?? Robot! Atau pekerja dari negara lain?? Why not? Iya kan?? Kenapa nggak?? Sudah cukup bangsa kita disebut dengan bangsa babu. STOP! Indonesia bukan negara babu! Sudah saatnya kita yang impor tenaga kerja, bukan kita yang ekspor tenaga kerja kasar.

Sudah saatnya kita memperhatikan pendidikan. Stop berkata “buat apa sekolah tinggi-tinggi kalo ntar juga kerjanya Cuman didapur”, atau “halah, buat apa sampe sarjana kalo gaji aja kalah sama lulusan SMA”. Ahh! Sudah saatnya kita merubah mindset. Dan jangan salah ya, nasib suatu bangsa ada ditangan para wanitanya. Kok bisa? Dengan wanita yang berpendidikan tinggi, memiliki skill mumpuni, minimal mereka bisa mendidik anak-anaknya sebagai penerus bangsa dengan baik. Tujuannya? Untuk memajukan bangsa pastinya. Karena itu wanita, kalian harus berpendidikan tinggi untuk ikut memajukan bangsa.

Gampang gak? Hmm belum tentu, karena dukungan dari semua fasilitator seperti pemerintah, pendidik dan semua lapisan masyarakta. Tumbuhkan minat untuk belajar lebih dong. Jangan mau disebut2 sebagai bangsa babu!
So, sudah saatnya berubah kawan :)

*just another thought about education life

Comments

Popular posts from this blog

Pakai eSIM Untuk 30 Hari di Belanda

Amsterdam Ini pertama kalinya beli eSIM. eSIM ini nggak semua ponsel bisa, kebetulan aja gw beli karena ya ponsel gw bisa dipake eSIM. Sebelumnya sih gw jarang banget beli kuota internet kalau ke luar Indonesia. Kalau dibilang mahal buanget sih tergantung negaranya ya, cuma kadang males. Jadi kalau lagi di luar dan nggak ada internet gw bisa bilang "Wah lagi nggak ada internet gw di luar" 😅 Nah, gw pilih eSIM karena mikir kalau pake alat   macem mifi begitu pasti harus pick up alatnya, kalau beli SIMCARD ribet harus kasih paspor, harus ganti kartunya juga. Lalu terbesitlah eSIM. Gw cari beberapa eSIM yang banyak beredar buat di Eropa. Tadinya mau milih Simyo tapi harus abonemen bulanan. Ah nggak dulu deh. Kalau lamaan di sana aja baru okelah.  Tiap kali ke luar negeri, gw nggak pernah pakai roaming dari kartu gw sendiri karena menakutkan harganya. Tidak  worth it.  Akhirnya gw nemu eSIM dari  Maya . Menurut gw, kartu ini termasuk bersaing harganya. Gw beli yang 3GB dengan ha

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad

Gampangnya Apply e-visa Rusia

Red square Jadi, WNI diberi kemudahan untuk ke Rusia. Cukup dengan apply e-visa yang bisa didapatkan dalam hitungan hari saja. Meskipun sudah sering apply e-visa, tapi e-visa Rusia ini agak unik formulirnya. Jadi sebelum apply, gw baca gimana caranya di sini yang amat sangat runtut dan mudah dipahami. Sebelum isi formulir online, ada baiknya siapkan foto 3.5 x 4.5 dengan background putih dulu. Setelah itu jangan lupa untuk beli asuransi. Karena agak kepikiran, gw putuskan untuk beli asuransi dari perusahan yang ada di sana. Asuransi yang gw beli dari sini . Tadinya setelah beli kok nggak ada info apapun, bahkan bukti bayar pun nggak ada. Tapi petugasnya cukup tangkas setelah gw email, gw langsung dapat asuransinya. Nomer asuransi diperlukan untuk mengisi formulir, jadi harus beli asuransi sebelum apply visa.  Nah, bagi gw, ini formulir baru kali ini dapat pertanyaan yang unik-unik semacam apakah pernah pelatihan militer, wajib militer, pernah pegang / punya senjata, bahkan sampai nany