Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Sayang Bumi Sayang Anak

Sharjah - UAE

Gw suka banget belanja online. Ya karena praktis aja. Tentu saja gw juga suka banget belanja langsung on the spot kalau lagi stress dan lagi ada waktu buat muter-muter. Tapi... ternyata gw jadi kesel tiap abis belanja online, gw harus berurusan dengan plastik-plastik bekas belanja. 

"Dih plastik lagi."

Emang, beberapa barang tentu saja perlu plastik/bubble wrap ekstra. Tapi banyak dari belanjaan gw yang nggak perlu itu semua. Tebel banget. Gw paham juga beberapa toko lebih milih dibungkus plastik tebel biar tokonya nggak dikomplain. Tapi bagi gw, udah kebangetan. 

Gw tau kita nggak bisa sepenuhnya nggak pakai plastik. Kita masih akan pakai plastik. Konsekuensinya, ya kita harus tau sampah plastik ini harus diolah gimana biar nggak kebuang sia-sia. Mana nggak bisa terurai ratusan tahun lagi. 

Masalahnya, plastik ini seringkali nggak bisa dipake lagi karena selotip yang muter. Susah lah di-breakdown lagi biar bisa dipakai ulang. Akhirnya, tentu saja dibuang percuma. Ntah kenapa rasanya ganggu banget kalau dapet banyak plastik. 

Makanya gw seneng banget kalau belanja di toko yang bener-bener peduli dengan bungkus yang dipake. Salah duanya, Aruna bamboo sama Sayurbox. Sayurbox ngasih pilihan untuk tanpa plastik. Ini yang di Bali ya, gw nggak tau kalau di luar Bali. Gw beberapa kali beli barang di Aruna, terpesona banget sama packaging yang nggak pake plastik sama sekali. Bahkan selotipnya kertas. Apresiasi gw besar banget ke toko yang kasih effort ekstra buat itu. Sayurbox ngasih pilihan tanpa plastik jadi bisa dibungkus wadah kertas coklat itu. Ya sebenernya buat gw juga bungkus dalam tuh nggak gitu perlu sih soalnya juga masuk kardus kan. Gw punya ntah berapa kardus bekas Sayurbox. Bisa dibalikin gak sih ini? 

Jadi sekarang, selagi bisa gw beli di toko sebelah tanpa belanja online gw bakalan beli ke sebelah. Sebisa mungkin menghindari beban biaya tambahan dan juga beban emisi karbon. Ribet banget ya? Ya gimana, bumi juga rumah gw. Apa iya kita nggak mau peduli sama rumah kita? 

Ayok lah, mengurangi sampah pribadi sendiri. Jadi lebih sadar kalau bumi ini cuma satu. Kalau rusak, susah betulinnya. Apa iya kita setega itu sama anak cucu kita yang besar kemungkinan masih akan hidup di Bumi yang ntah masih layak dihuni atau nggak?

Comments

  1. Kalau dari sisi industri, bikin kemasan eco-friendly tuh budgetnya gede. Apa lagi buat bisnis kecil (pernah pengen bikin soalnya). Jadinya berat gitu buat bikin. uhuhuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget. Pernah dapet tugas nyari bahan packing yang green, susah dapetnya dan kalopun ada harganya mahal banget dan belum tentu melindungi barang yg akan dikirim. Mungkin karena plastik lebih banyak permintaan jadinya tentu murah yang banyak demand.

      Tugas kita yang dapet aja jadinya yang berusaha recycle setidaknya nggak langsug buang. Meskipun itu jg nggak gampang juga :/

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad