Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Empat Kali Tes PCR dalam Sebulan

Rove Dubai

Thank god bukan karena sakit covid. Tes ini dilakukan sebelum gw melakukan perjalanan ke luar Indonesia untuk bertemu suami gw. Satu dan lain hal akhirnya diputuskan untuk bertemu di Dubai. Karena perlu PCR, bulan September awal kemarin menuju ke RS UNUD (Universitas Udayana) di Bali karena waktu itu dia jadi satu-satunya RS untuk PCR mandiri. Yang lain untuk rujukan aja. Nggak tau kalau sekarang, mungkin udah ada swasta yang melayani perjalanan mandiri. 

Harga tes 900 ribu dengan hasil akan didapatkan maksimal 3 hari (dulu). Waktu gw test ternyata hasil minimal keluar 3 hari karena RS Unud jadi lab utama untuk sample se-Bali (katanya) 😓 Dengan jadwal mepet waktu terbang (Dubai hanya menerima hasil tes yang maks diambil 96 jam sebelum perjalanan), akhirnya nekat ke Jakarta sehari sebelum jadwal penerbangan ke Dubai (yang akhirnya dimundurkan sehari lagi karena jadwal tes ulang). Terbang dari DPS ke CGK pakai rapid test, yang menurut gw nggak efektif. 

Setibanya di CGK, besoknya gw ambil tes di RS Mayapada Tangerang dg hasil test keluar dalam waktu 12 jam. Harganya 3 juta 😑 Tapi beneran 12 jam keluar. Negatif. Gw nggak tau hasil yang diambil di RS Unud karena nelpon pun harus jutaan kali baru kesambung. 

Esoknya gw terbang ke Dubai. 

Sebagai WNI yang masuk dalam zona merah versi Dubai, gw harus langsung test ulang saat tiba di bandara Dubai. Kali ini gratis. Terima kasih UAE. Hasilnya dikirim via sms, gw tunggu-tunggu ga masuk-masuk padahal gw selalu cek tiap beberapa jam sekali. Ternyata muncul di App Covid 19 yang harus diunduh ketika tiba di Dubai. Hasilnya not detected, nggak bilang negatif. Tapi kata suami gw ya negatif itu. 

App covid19 UAE

Tes di RS Unud menurut gw agak sakit karena efek nggak nyamannya terasa sampai seharian. Cukup di satu lubang hidung aja. Lalu di RS Mayapada sampel diambil di hidung dan kerongkongan, tapi after tastenya kerasa cuma 5 menit aja. Di Bandara Dubai, sampel diambil di dua lubang hidung dan nggak ada after taste.

Setelah sebulan, sebelum gw balik Indonesia gw harus test lagi. Kali ini di Emirates Specialties Hospital Dubai, harganya AED 220 (kira-kira 800 ribuan). Dubai sudah pasang harga maksimal untuk PCR harus AED 250. Sampel diambil di satu lubang hidung. Kami tes jam 10 malam untuk menghindari kerumunan dan panas. Hasil dikirimkan dalam bentuk SMS, lengkap dengan link untuk cetak hasilnya. Hasilnya, not detected, dikirimkan sms jam 4 pagi. Kurang dari 12 jam bahkan. Suami gw buka SMS jam 6 pagi dan kasih tau hasilnya ke gw, lalu kami lanjut tidur. 

Gw 10 bulan nggak ketemu suami gw. Sejak April 2020 rute gw cuma rumah - kantor - supermarket - pantai. Selebihnya, gw memilih untuk nggak pergi-pergi yang nggak penting. Bepergian selama pandemi ini buat gw nggak enak banget. Mahal di ongkos, berat di mental, capek di fisik. 

Tanggal 6 September gw berangkat dari Bali ke CGK, tanggal 7 September gw tes PCR, tanggal 8 September gw terbang dari CGK ke Dubai. Ketika pulangpun masih harus transit Jakarta yang jadi satu-satunya pintu masuk dari luar negeri. 

Tulisan ini ditulis sebagai bentuk dokumentasi (yaiyalah, apa lagi!). Sehingga, kondisi yang terjadi di lapangan kemungkinan besar berubah karena kejadian ini dialami bulan September awal. Semoga sih lebih baik. Tidak ada yang mengharapkan pandemi ini berlarut. Kurindu melihat senyum orang-orang di jalanan, ekspresi wajah mereka. Semoga segera usai.

Stay healthy folks!

Comments

  1. Kok meh ketemu bojo rekoso yah...

    Wkwkwkwk

    Selalu jaga kesehatan mbak'e. Mangan sing akeh gen orag setres.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Satu-satunya perjalanan yang sebelum-selama-hingga balikpun penuh derai air mata saking capeknya fisik dan mental.

      Wis yang penting semua jaga kesehatan untuk menyongsong 2021 wkwkw

      Delete
  2. iya nih semoga badai covid cepat berlalu, biar transportasi normal lagi

    ReplyDelete
  3. ya ampun perjuangan banget 10 bulan nggak ktmu suamik, dan mau ketemu pun ribet banget gara2 si covid ini, uhuhu
    semoga sehat2 di sana ya mbak sama suaminya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mau ngapa2in ribet deh ya sekarang.

      pokonya sama2 jaga kesehatan ya mbak. taun ini udah bisa tetep sehat aja udah syukuran ya :)

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...