Skip to main content

Rough Guide to Bali

Penjor "Hey I am coming to Bali, can you recommend me things to do?" I got that question a lot. I get it, I live in Bali so people would think that I master everything about Bali. Well... 50:50. I happened to travel around Bali since 2017. So it wasn't wrong to assume me knowing Bali. But I am also a lazy traveler so I don't always do many things in one place.  That is why we will call this a rough guide to Bali.  First thing first, define your style of traveling. Because we all know that Bali is an island. Not a city. So it is quite big, you know. You can not explore all of it in two weeks. Well you might be able to do so, but probably not immersing enough of it.  So... what is your style of traveling? Bali offers you some cultures, quiet normal life, party hotspots, quiet beaches, busy beaches, temples, and so on.  Mt Batur West part of Bali (Canggu, Seminyak, Kuta) If you enjoy partying, you might want to spend your time more in the west part of Bali like Canggu, ...

Menengok Karya Blanco

Balinese woman - taken by husband in Ibu Susu cafe

Karena sendirian dan penasaran, berjalanlah kaki ini menuju Blanco Museum. Seorang daku yang ga paham soal lukisan (mertua gw pasti demen kalo dibawa kesini), mendatangi sebuah museum yang berisikan lukisan (?).

Ceritanya sih Antonio Blanco ini ke Bali sekitar tahun '52, kemudian Raja Ubud yang baik hati memberikannya sepotong tanah untuk dijadikan rumah dan studionya. Letaknya ya di tempat museum ini berada, di seberang Tjampuhan. Btw di Tjampuhan ini dulu si Walter Spies juga punya rumah yang akhirnya pindah karena udah terlalu "berisik" banyak pengunjung. Ubud ini sepertinya magnet buat pekerja seni banget (atau seluruh Bali?).


Blanco punya anak 4 dan yang mewarisi bakatnya cuma satu katanya. Dan Blanco meninggal akhir tahun 90an di usia yang cukup tua, sekitar 80 sekian. Coba kalau mau info lebih lanjut soal Blanco bisa datengi web nya aja disini. Nah apa yang kutangkap dari melihat fotonya Pak Blanco ini? Masih inget nggak film DKI yang ada orang pake topi pelukis gitu? Muka yang dilihat siapa yang kebayang siapa 😁


Nah, bagi yang belum tahu, Blanco ini lukisannya cenderung tentang kemolekan wanita. Konon pernah dibilang feminis. Sekilas membaca tentangnya, masuklah menuju galerinya. Btw tempatnya luas dan asri banget ya, tapi galerinya rada serem dan gelap. Typical galeri lukisan cuma agak lebih serem lagi sih menurut gw.

 gerbang menuju galeri

Sik, ada hal yang sungguh menggelitikku. Demi apapun gw ngakak dapet brosur itu. Setelah bayar, kita pasti dikasih tiket dan juga brosur kan. Udah tau kan kalau wanita Bali jaman dulu cenderung topless gitu? Hal itu juga yang merupakan sejarah bangsa kan? Tentang wanita tanpa penutup yang cenderung membiarkan dadanya terbuka dan terlihat dan hal tersebut totally normal. Dari sisi cerita sejarah sih mengatakan itu bentuk kejujuran. Tentang bagaimana si buah dada yang terlihat segar (terlihat tidak pernah disentuh) menunjukkan kejujuran tentang pemiliknya yang artinya orang itu bisa dipercaya (karena buah dada aja nggak disentuh orang berarti dia bisa menjaga miliknya dengan baik jadi bisa dipercaya, begitu katanya).

 

Nah, yang menggelitik itu adalah brosur menggunakan gambar wanita Bali jaman dulu yang topless dan disensor. Like, what?? Bagian payudara itu disensor pihak sana ya, bukan gw iseng sensorin sendiri. Gw belum bisa edit gambar yang disensor begitu.


Disensor. Mencoba kupahami mungkin karena ini untuk publikasi jadi harus disensor. Padahal di dalem mah isinya ginian semua. Tapi nggak terkesan porno sama sekali. Beda aja sih nangkepnya gw. Buat gw nggak porno, sensual iya. Tapi buat banyak orang bisa jadi porno ya. Ada ruangan yang katanya sih erotic room gitu. Jangan dibayangkan isinya kek kamarnya si Grey ya. Tapi ruangan ini isinya gambar pantat dan wanita masturbasi 😂 Gw cuma bisa bilang "wuw".
 

Di dalam galeri nggak boleh ambil foto ya. Karena gw anaknya nurut, gw ga ambil foto sama sekali. Sedikit gambaran aja, dalam galeri, sedikit pencahayaan. Jadi buat gw terkesan agak horor dikit. Tangga ke lantai duanya tangga ala rumah jaman dulu yang rumah orang kaya kek di sinetron gitu. Warna cat nya juga cenderung merah dan biru gelap ntah apa maksudnya. Di bandingkan dengan Museum Puri Lukisan, Puri Lukisan jauh lebih cerah pencahayaannya. Tapi lokasinya adem, seger gitu, karena rimbun.

Untuk harga WNI tiket masuk 35ribu rupiah, untuk WNA sepertinya sekitar 50ribu. Jadi apa yang kudapatkan dari kunjungan ke Blanco ini? Hmmm... hmmm... ku tak tahu 😂 Tapi ya udah sih, enak aja. Pulangnya gw beli es krim.

Comments

  1. Pris kenapa ke Bali ga info? kalo info kali kita bisa temu-temu

    ReplyDelete
    Replies
    1. ehhh lahhhh tenang aja, ntar lagi aku pindah sana. ntar kopdar yes :D

      Delete
  2. Ya ampun mbak, baru tau kalo ada museum begituan di Bali. Dan itu kenapa di sensor? Yaolo...

    Mungkin buat kaum selangkangan, liat gambar tetek bisa ngac*ng kali yah, hahaha

    Sebenernya, segala sesuatu kalo dilihat dari sisi yang berbeda, maka akan menimbulkan perspektif yang berbeda. Kalo sampe terangsang cuman karena liat gambar, lukisan atau patung yang naked, emang otaknya kotor

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi anda termasuk yang mana? wkwkw
      emang susah sih kl udah dari otaknya yang kotor apa-apa bisa nyalahin orang lain. ibarat bunuh orang eh pisaunya yang disalahin :D

      itu mungkin disensor karena ntar takutnya buat koleksi para penghobi pornografi LOL

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Jumat ceria

Hari ini memang bukan hari jumat, tapi cuman mau bilang aja sih kalo hari yang paling aku tunggu-tunggu itu hari jumat. Why?   Karena jumat itu selalu ceria, kalopun ada meeting besar pasti di hari jumat dan banyak cemilan, orang-orang pada berangkat sholat jumat, yang nasrani juga mengikuti misa di kantor, bisa pake baju bebas dan bebas berekspresi sepuas-puasnya, dan..... bisa video call sepuasnyaaaaaa kapanpun karena dia libur kerja 😍😍 gambarnya lucu 😁  taken from internet

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Jangan minta oleh-oleh!

    Taken from internet Pernah nggak kalau kita mau bepergian, trus orang-orang pada bilang 'Jangan lupa oleh-olehnya ya' ? Pasti pernah dong ya... Yang jelas saya nggak pernah ngerti kenapa orang sering meminta sesuatu ketika kita pergi somewhere. Dulu waktu kecil juga saya suka bilang begitu. Siapa yang pergi kemana pasti deh 'jangan lupa oleh-olehnya ya om, tante pakdhe, budhe, mas, mbak'. Tapi lama kelamaan saya mikir 'saya cuman ngomong aja tanpa niat minta oleh-oleh', kecuali kalo memang kita menitipkan hal itu karena memang hanya ada ditempat yang akan dikunjungi orang tersebut, misal buku. Pernah nitip beliin buku di Korea karena emang adanya disana. Jadi esensinya oleh-oleh itu apa? Saya juga kurang tau soalnya udah nggak pernah lagi minta dibawain oleh-oleh. HJ pulang ke Belanda sana saya cuma minta beliin buku. Itupun nggak dibeliin gara-gara bukunya nggak bagus kata dia. Oleh-oleh pun ada yang sekedar apa adanya karena emang adanya begitu...