Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Menyatu Bersama Menjangan

regular visitor

Hore! Udah ketemu suami, udah fully charged. Hmmm nggak ding, nggak full banget soalnya saya sakit 😢

Tanggal 11 kemarin, HJ pilih untuk terbang langsung ke Bali. Dubai - Bali, rencananya sih pake Emirates tapi jam yang masuk akal itu Singapore air, jadilah pake SQ.

Stopover singkat di Singapore, dia berburu tas yang udah lama diincar di Dubai ternyata sold out, nemu di Spore. Thanks to Desi dan Andri yang udah mau muter buat ngecek availability nya tas itu. Nah saya nyampe Bali jam 10 pagi, HJ nyampe jam 11. Kata dia antri customnya panjang banget, jadi nunggu gitu, sejam kok ndak keluar-keluar ya... ternyata kopernya ga kebawa. Dua jam ditunggu tetep nggak ada kopernya. Akhirnya dia bikin laporan ke SQ kalo kopernya nggak keangkut. Yaudah deh saya nunggu lamaan lagi ya, eh tiba-tiba dia nongol geret kopernya juga. Untungnya kopernya diangkut penerbangan dari Singapore ke Bali yang nyampe jam 12. Tapi karena delay itu dia dapet kompensasi 500ribu, sembari bilang 'Wow, I got five red ones for the delay of my suitcase'.

Pak supir dari hotel telah menanti yang ntah mulai jam berapa, yang jelas dari Menjangan ke Denpasar itu jauh!

Setelah semua fix, kita langsung menuju hotel di Menjangan karena kita ambil PADI Diving course (Open water) sama Blue Season di Menjangan. Sekitar 5 jam dari Denpasar menuju Pemuteran. Bener-bener jauh dan malesnya kalo ke Bali ya gini ini. Segala-gala effortnya gede.

Setelah lima jam...

Sunset, kita langsung diturunkan di Lobi, yang kebetulan tempatnya di lantai satu Bali Bistro Tower.

Bali Bistro tower

 
itu gunung Ijen 

Jadi begini intinya, hotel ini letaknya di dalem hutan yang banyak menjangannya dan juga monyetnya, dan hewan-hewan lainnya. Saya nggak nyangka sih. Tempatnya asik banget, tenang, damai (kecuali pas keluarga monyet datang berkunjung).


 


 

Kebetulan kamar kita di upgrade ke beach villa, jadi semacem bungalow ngadep ke pantai gitu deh ya. Oh iya nama hotelnya The Menjangan. Letaknya bener-bener pisah dari mana-mana. Jadi jarak dari lobi ke bungalow kita itu 1,5 km an. Kalo mau jalan ke restoran, atau ke tempat lain, bisa dianter kendaraan khusus sana. Hotelnya juga mengusung konsep eco friendly yang sedotan aja nggak pake plastik (berujung kita beli 5 potong sedotan ini).

 
kamar dari depan menghadap pantai

 
pantai lagi surut

 

 

 
salam malam yang selalu berganti-ganti

 

 

 
balkon

 
beach club - maksudnya yang mau berjemur disini monggo... gw mah ogahhh

Lima hari disana, yang seharusnya dipake buat diving course tapi malah nggak jadi karena hari kedua setelah latihan pake SCUBA mendadak saya sakit tenggorokan dan batuk demam pilek. Nggak asik buat diving, lebih tepatnya kalo pilek nggak boleh diving sih. Akhirnya kita snorkeling aja di sekitar Pulau Menjangan. Uh helloooo I saw the baby sharks there 😚

 
sunset at Jetty

Di sekitar beach villa, dimana bungalow kita berada, ada Pantai Restoran, pusat diving juga disekitar situ, ada pula Jetty tempat yang yaaa oke lah buat berjemur buat para pengejar kulit tanned (bukan gw ya) dan juga disitu tempat snorkeling meskipun yang diliat nggak banyak, juga pusatnya water sport.

 

 

 

 


Hotel ini juga menyediakan horse riding buat yang pengen nyobain naek kuda. Ada juga mangrove spa, tempat pijetnya bener-bener di sekitaran mangrove. Jadi satu bilik untuk 2 orang menghadap ke pantai.

Tempatnya asik kok, alami banget, cuman ya isolated banget. Karena kampung terdekat pun jaraknya 15 menit dari hotel. Jadi mau nggak mau harus makan disana, no other option. Tapi cocok banget buat relaksasi. Bangun pagi-pagi, udah ada rusa di depan kamar. Siang dikit, udah banyak monyet kejar-kejaran rebutan kelapa. Mandinya outdoor diliatin squirrel dari kejauhan. Sarapan pagi bisa sambil liatin ikan-ikan yang renangnya keatas kebawah dibawah  meja kita. Sambil liat orang mancing ditengah laut sih dengan warna kapal yang kuning super mencolok.

Tapi karena musim hujan kali ya, jam 1 siang udah mulai deh hujan deres banget sampe malem. Malemnya lebih sering rintik-rintik. Jadi bawaanya pengen tidur terus 😄

Hotel ini mengusung tema ramah lingkungan yang hmmm botol air putih aja pakai yang kaca, sejenis equil gitu. Trus ada botol yang bisa dipakai untuk penghuni kamarnya, bisa diisi air dimanapun yang ada di resort. Ada pula recycled plastic bag untuk mengangkut semua barang kita buat snorkeling atau diving atau apapun sih terserah. Sebisa mungkin tempat ini mengurangi penggunaan plastik.



 

 

 
saya masih jatuh cinta sama reusable straw ini

Restoran yang ada disana pun menyediakan makanan sehat. Mana ada nasi putih? Nggak ada, yang ada nasi merah dan aku bukan fans berat nasi merah. Roti pun gandum. Setiap sebelum makan selalu dikasih mini jus sehat yang kalo pas sih enak dan menyehatkan, kalo nggak pas yaaa cukup sehat aja tapi nggak enak-enak bangett. HJ mah pemakan segala. Enak nggak enak kalo itu sehat pasti diembat.

 

 

 
roti gandum

 
nasi merah goreng 

 
paket lunch untuk diving course, memang plastik tapi bisa digunakan berkali-kali. Bukan kertas minyak maupun sterofoam yang sekali pakai.

Kita pun membicarakan tentang menggilanya plastik di Indonesia ini. Bener-bener ya, kita harus sudah mengurangi penggunaan plastik. Kasian lho alamnya. Bumi makin menua, dan makin kusam dengan plastik-plastik sampah kita. 

Yuk mari kurangi penggunaan plastik! Untuk masa depan yang lebih baik 😄

Comments

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini