Skip to main content

Sustainable Way to "Dump" our Waste

Sticker from eco-bali recycling October is funny month. We have this crisis of burning landfield in Bali, and they haven't pick up my trash for 2 months. Probably over two months now. We're like "Okay it's time to swap to the sustainable options" Yea we've been thinking about composting, but I do not know where to start. Because, you know, when you did it wrong it can be stinky and worm-y and not working out well. Turns out, they have composting company that provide the bin, the pickup, and even got the compost back monthly or per 6 months. I did not know that but of course my husband found it and planned to sign up for it.  The week where we had that plan on mind, suddenly in the morning there was a guy from this company came to our house delivering the composting bin. "No we did not order this, yet" Apparently the neighbor ordered their service but they got the address wrong. The next day, the same guy came again, brought his empty composting bin f

Cerita Gowes Bareng Jogja Bike (1)

 

Salah satu tujuan yang harus tercapai ketika mengunjungi Jogja kemarin adalah GOWES di Malioboro. Itu semacem ga bisa nggak deh pokoknya kudu gowes, sendirian ya gak masalah wis.

Terus kan sebenernya tujuan ke Jogja kemarin adalah Ujian Bahasa Korea tapi kita punya ekstra 2 hari sebelum ujian. Emang sengaja nyisain waktu buat liburan tipis-tipis. Gw kesana bareng pengajar Korea (Maya) tentunya dan juga pengajar Bahasa Inggris (Mbak Trias). Mbak Trias butuh hiburan, doi tepar gegara jadi anggota KPPS sehari sebelumnya. Jadi pas dateng tiba-tiba ngerasa sakit.

Malemnya kita cari makan, eh doi malah mual-mual masuk angin. Duh masa iya jauh-jauh ke Jogja tapi berakhir di kasur aja? Nah pas jalan pulang, kan dicegat mas-mas Jogja Bike ini ditawarin sepedaan. Gw sih OKE banget kan, tapi si mbak ini menolak dengan dalih lagi sakit. Trus gw rayu-rayu dia biar ikutan gowes itung-itung cari keringat gitu biar cepet bisa sendawa dan anginnya keluar ntah lewat lubang manapun oke lah. Long story short, doi mau ikut gowes. Jadi kita bertiga gowes bareng.

Oh ya, ada beberapa hal yang kita rasa bisa komplain ke Jogja Bike ya. Kondisi sepeda agak goyang yang mana ketika mengayuh itu terasa kali goyangan tidak stabilnya. Kemudian remnya juga rada alot dan nggak begitu pakem. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi orang yang jarang bersepeda (jadi krasa terus mau jatuhnya).

 

Tuhan, disitulah gw ngerasa kalo spion tuh butuh. Ga peduli buat sepeda apapun ya, akan lebih baik kalau sepeda disana ada spionnya biar ga jereng mata ini kalo mau belok atau nyebrang.

Gw sangat suka sekali dengan konsep bersepeda ini. Sayang sekali, program yang baru berjalan mungkin setahunan ini sudah harus mengalami minus sana sini. Aplikasi kemarin agak percuma karena scanner sepeda rusak jadi harus di scan manual. Mengembalikannya pun harus ke tempat meminjam sepeda juga karena rusaknya penyimpanan database ini (sebetulnya bisa dikembalikan ke tempat lain).

Oh ya aplikasinya namanya InaBike. Baru ada di Jogja juga Bali. Semoga kota lain ikutan juga ya ada InaBike ini. Asik soalnya.

Harga sampai lebaran masih gratis. Tapi semoga setelah berbayar, mereka pun akan berbenah. Karena hey! Program ini bagus banget lho, saat males jalan muter Malioboro kita punya opsi lain untuk mengayuh sepeda sepanjang Malioboro (atau seputeran Malioboro). Cobain deh kalau ke Jogja 😊

Comments

  1. Gak ilang dimaling tuh sepeda? Secara barecode aja udah gak berfungsi. Gw yakin gps nya juga udah mati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm kujuga tidak tahu. apakah aku harus jaga disana malem hari? wkkwkw
      itu digembok sih kayae ya. haruse digembok sih, kl ga digembok yo wasalam wes

      emg sayang bgt sih scanner e rusak dan beberapa sparepart nya sepeda juga kurang sip. smoga aja ada perbaikan ya. soalnya asik lho jalan2 naek peda pancal gt. ngurangin polusi juga

      Delete
  2. Jogja, meskipun jaman sekarang udh modern tapi masih segar dan sehat kotanya kayak dulu. Gak kaya Jakarta yg udah banyak polusi kendaraan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih bisa nemu seger di Jogja sih daripada Jakarta ya :D

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

[Piknik] Prambanan lagi

Salah satu pesona Jawa Tengah adalah Candi Prambanan. Saya sudah 3 kali berkunjung ke situs warisan dunia ini. Candi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan jogja ini selalu menimbulkan kesan mistis bagi saya. Terletak tak jauh dari jalan raya, sehingga mengunjunginya pun sangat mudah. Berbeda dengan Candi Borobudur yang letaknya sangat jauh dari jalan raya besar.  Ok, menurut saya ada 3 cara menuju candi ini. Menggunakan bus transjogja, taksi, dan kendaraan pribadi. Bagi yang menggunakan transjogja, saya pernah menggunakannya berangkat dari daerah kampus UNY, daerah Depok Sleman. 1 kali transit, 2 kali berganti bus. Dengan harga transjogja yang kala itu, 2014, seharga 3500 rupiah. Tapi sampai saat ini masih sama harganya, menurut info dari teman. Lokasi shelter bis berada agak jauh dari pintu masuk lokasi candi, mungkin kira-kira 500meter sampai 1kilometer. Kalau jalan, menghabiskan waktu sekitar 15-20menit. Bisa juga naik becak untuk opsi yang lain. Lagi-lagi, jangan lupa men

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala