Skip to main content

Setelah Schengen Visa Ditolak Jerman

Bentheim Gw tau Jerman tuh emang meticulous banget, tapi gw nggak sangka bakal se- meticulous itu. Kira-kira bulan Maret gw apply Schengen via Jerman. Kenapa via Jerman? Karena Belanda nggak ada slot heheheee. Rencana perginya bulan April kalau nggak salah waktu itu. Karena suami ada libur tapi cuma pendek banget, dan dia pengen banget pulang ke sana, yaudah lah coba aja. Dapet antrian, mana bayarnya 700ribu pula 😅 lalu pergilah gw submit semua dokumen gw.  Gw bukan yang pertama kali mengajukan Schengen, jadi gw udah "tau" harus submit apa aja. Karena sebagai orang yang menikah dengan warga EU, kami berhak untuk tidak menunjukkan buku tabungan (yg penting tabungan pasangan yang EU yg ditampilkan), dll. Dengan ina inu, eh ternyata diminta surat kerja lah, kalau freelancer harus kasih tau bukti kerjaan juga. Gw rasa ribet ya karena nggak formal kerjanya, jadi ya udah gw tulis ibu rumah tangga. Itu juga masih harus bikin surat pernyataan siapa yg membiayai biaya hidup gw kala

Unexpected Layover In Brunei



So, canceled our flight back from Bangkok to Denpasar with Thai Airways, then try to find other flight back with reasonable price. I remembered that I was browsing for Royal Brunei before I fly to Bangkok and the price is the cheapest one among other airlines. We can’t really say this is a budget airlines but also not as great as other airlines. It was ok, almost same like GA without movie screen. So it’s like in the middle.

We found one flight (apparently they have their own flying schedule) from Bangkok to Denpasar on 9 January (we planned to get back on 8 Jan) with layover in Brunei for 4 hours.

I read about layover in Brunei and it seems that we can see the city for 2 hours. So let me tell you, Brunei airport is small. I need less than 20 mins to get out from airplane until immigration. Literally get out to the taxi spot. The immigration staff was the friendliest for me. He asked me where to stay in Brunei because I didn’t write any and I told him that I just transit for 2 hours to see the city. He let me pass, but H need more time to pass. That guy wasn’t sure that we can make it because it seems too short but H said that he want to see little bit and back in time so he stamp H passport. 

Immigration was divided into 2 spots, for ASEAN passport holder and Non ASEAN. It get so extremely quick to pass the immigration. No lines to queue up (even when we get back to airport, we both the only one at immigration service). We were so happy no lines like in Istanbul or Bangkok or Bali. 

And we were looking for money changer. It was in departure area. Departure area is upstairs, arrival is downstairs. I think that is the only one there. Then we rent a taxi for 2 hours to take us everywhere to see the city. It cost 70 dollar Brunei. He took us to Hasanil Bolkiah mosque where it has gold on its top, Omar mosque, Grand palace (to take picture in front of the fence), night market where we ate tasty sate and hear Jaran Goyang song (dunno who is the singer), passing the new bridge, stop at city center that was the quiet place for me. Population only 400k people including expats who works there. So small.

Masjid Hasanil Bolkiah

 

 

So small city, clean, green, no pollution of course, no traffic, really nice small city. I think it even smaller than Singapore (expensive as Singapore uh).

Not everyone know about Brunei. I also didn’t expect that I would be there even for 2 hours only. We met strangers in Ubud and we told them about this, they were like ‘Where is it?’ and I said ‘A small rich country where you don’t need to pay taxes if you live there’.

 
Masjid Omar Ali

I never expected to be there. It is small country, as expensive as Singapore, but so quiet at night, like almost no attraction there. Funny thing was when we were in Omar mosque and I need to pray (maghrib), I was washing my self and don’t know where to go, I asked a guy in English and he seems doesn’t understand so I speak mixed Bahasa and Malay. He showed me, not so clear but I walked there. Then I asked another guy and he said ‘Sebelah sini nduk, lewat sini’. I said makasih then I stopped and think ‘NDUK????’ I found it only in Java lol

Oh yea the language accent is closer to Bahasa than Malay. I can understand when people talk Malay, I just don’t want to use it. And there, in Brunei, it just like talking to each other using Bahasa. During this 2 hours layover, I saw road signs and everything written in Arabic or Malay. It’s like double, like in Malang some road signs are written in Bahasa and Dutch, in Central Java written in Bahasa and Javanese (hanacaraka). So it’s quite new for me to see Arabic and Malay.

It was fun for two hours. Was amazing short tour.

Comments

Popular posts from this blog

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad

[Piknik] Prambanan lagi

Salah satu pesona Jawa Tengah adalah Candi Prambanan. Saya sudah 3 kali berkunjung ke situs warisan dunia ini. Candi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan jogja ini selalu menimbulkan kesan mistis bagi saya. Terletak tak jauh dari jalan raya, sehingga mengunjunginya pun sangat mudah. Berbeda dengan Candi Borobudur yang letaknya sangat jauh dari jalan raya besar.  Ok, menurut saya ada 3 cara menuju candi ini. Menggunakan bus transjogja, taksi, dan kendaraan pribadi. Bagi yang menggunakan transjogja, saya pernah menggunakannya berangkat dari daerah kampus UNY, daerah Depok Sleman. 1 kali transit, 2 kali berganti bus. Dengan harga transjogja yang kala itu, 2014, seharga 3500 rupiah. Tapi sampai saat ini masih sama harganya, menurut info dari teman. Lokasi shelter bis berada agak jauh dari pintu masuk lokasi candi, mungkin kira-kira 500meter sampai 1kilometer. Kalau jalan, menghabiskan waktu sekitar 15-20menit. Bisa juga naik becak untuk opsi yang lain. Lagi-lagi, jangan lupa men