Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

BUKU

Ganesha - Ubud. Toko buku favorit, sering jual buku antik.

Benda yang gw sayang banget yaa buku-buku gw. Gw mau minjemin buku gw, tapi kalau buku gw diminta orang... hmmm... nggak dulu deh ya. Kalau minjemin pun pasti mikir-mikir dulu, orangnya bertanggungjawab apa nggak hehehee.

Dari kecil, orangtua gw selalu minta untuk berhemat ya karena kita memang dari keluarga yang biasa saja. Uang jajan gw biasanya setengah dari uang jajan temen-temen gw. Bukannya mereka pelit, ya emang dibiasain hidup gak foya-foya aja. Lagian juga gw nggak punya alasan kan, karena belum punya duit sendiri haha! 

Tapi kalau soal buku, nggak usah ditanya. Semahal apapun pasti dibeliin kalo emang perlu. Royal banget kalo soalan buku. Karena prinsip mereka, "Orangtua kamu ini nggak kaya, nggak mampu ngasih kamu duit banyak. Tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberi kamu pendidikan terbaik yang kamu bisa dapatkan. Buku salah satunya. Jadi nggak boleh pelit."

Betul, nilai kehidupan tersebut didapatkan dari kakek gw yang punya anak 8 orang (atau 7, gw sendiri lupa). Beliau pernah bilang ke gw, "Mbah ini nggak kaya, mbah cuma mampu ngasih anak pendidikan buat bekal mereka cari uang sendiri nanti. Kalau mbah kasih uang, pasti bakal habis. Tapi kalau dikasih pendidikan, uang bakal ngikut mereka."

Di titik kehidupan gw, dengan tingkat kedewasaan gw yang belum matang, gw bersyukur banget terlahir di keluarga yang memegang prinsip bahwa pendidikan adalah hal yang paling utama. Jadi gw terbiasa banget tumbuh bareng buku. 

Karena tumbuh dengan buku yang harganya tidak murah bagi pasar Indonesia, akhirnya gw selalu sayangi buku gw. Pasti gw rawat buku gw. Ya kalau perkara warna buku berubah sih nggak terhindarkan ya. Tapi gw nggak pernah terlantarin buku gw. 

Kebetulan juga suami gw ini tukang beli dan baca buku. Kalau gw sempet jadi pembaca rutin sampai pernah berhenti membaca selama bertahun-tahun dan berubah hobi jadi tukang beli buku. Tapi sejak 2021 September gw ngerasain joy membaca buku yang sempat hilang. Suami gw, saking banyaknya bukunya, bener-bener BUANYAK banget bukunya, sekarang tiap habis beli - baca - tinggal. Tinggal dalam artian, di mana dia selesai membaca buku itu, ya buku itu akan ditinggal di tempat itu. Kan gw nggak gitu ya! Sayang banget harga buku tuh mahal bagi gw. Itu anggap aja sebesar 2-5% dari pendapatan bulanan. Sedangkan bagi suami gw, tiap beli buku hanya mengeluarkan 0.2% saja dari pendapatannya. KAN BEDA BANGET! 

Kemarin gw baca Percy Jackson habis dalam waktu 5 hari. Gw minta series keduanya. Pertanyaan suami gw, "Yaudah tinggal aja di sini, koper juga udah nggak muat dimasukin buku." Ya allah sayang banget, ini bisa jadi koleksi lho 😂 Jadi sekarang tiap gw liat buku bagusnya dia, pasti gw minta kalau dia udah selesai baca. Tentu saja biar gw tumpuk di rumah 😂

Ngomong-ngomong soal buku, gw sekarang baca buku diselang-seling satu fiksi satu non-fiksi dalam waktu bersamaan atau setiap habis baca satu fiksi, besoknya ke non-fiksi. Otak gw jadi lebih seger. Akhir-akhir ini banyak banget bacaan bagus buat gw yang menurut gw orang harus baca sih. Gw kasih rekomendasinya dikit-dikit ya, siapa tahu tertarik. 


The Things You Can See Only When You Slow Down - Haemin Sunim. Buku ini soal kita yang melulu "sibuk" tapi nggak pernah mikirin esensi kehidupan ini apa sih. Buku ini cocok buat yang lagi mengalami banyak pertanyaan dalam hidup. Coba dipahami, hidup ini lebih dari sekadar punya rumah, mobil mewah, status dan jabatan. It's deeper than that. 

Dunia Sophie - Jostein Gaarder. Gw penyuka tulisan Gaarder. Buku ini gw beli tahun 2016, tau buku ini dari sobat gw anak sastra yang dapat PR baca buku ini. Lama banget karena temen gw bilang kalau buku ini "berat" (literally - metaphorically). Ya memang nggak ringan, tapi ya nggak yang berat banget sampai nggak bisa ngabisin gitu. Selesai baca 3 mingguan. Isinya tentang filsafat kehidupan dari jaman Romawi kuno sampai yang terbaru di dunia kita.


Brief Answers to the Big Questions - Stephen Hawking. Ini buku wajib banget dibaca semua orang agar kita mencoba mengulik hal yang paling remeh dalam hidup, bisa menjadi hal paling dalam yang harus dijawab. Nggak kok, beliau nggak ngajarin buat jadi ateis. Beliau memang atheis, tapi tulisan dan otaknya sungguh brilian sekali. Kita beruntung memilikinya sebagai salah satu ilmuwan. 

The School of Life - Alain de Botton. Ini tentang yaaa... kehidupan. Mengenal diri sendiri, mengendalikan emosi diri, ego diri, melihat semua hal dari perspektif yang lain. BAGUS. Seperti tuntunan hidup.


The Alchemist - Paulo Choelho. This is my favorite ever! Karena gw ngerasain apa yang dia tulis. 

Loving the Wounded Soul - Regis Machdy. Cerita tentang Regis yang mengalami depresi tahunan. Gw nyelesein buku ini dalam waktu 3 hari. Kalau dirapel sih bisa cuma 4 jam kelar. Karena gw ngalamin apa yang ditulis Regis. Masa-masa krisis, depresif, meskipun nggak separah Regis tapi gw tahu gimana perasaan itu. Kebetulan gw udah mulai menuju ke arah yang lebih baik, secara mental. Makanya gw bisa baca cepet. Temen gw yang lagi mengalami masa ini, dia baca udah berbulan-bulan karena keadaan mentalnya sedang tidak baik-baik saja, mengerti apa yang dialami Regis dan akhirnya belum mampu menyelesaikannya. Karena memang berat buku ini. Menurut gw, ini buku wajib dibaca semua orang agar kita semua bisa berdamai dengan luka dari masa lalu yang mempengaruhi kehidupan sekarang. 

Yaudah itu aja dulu. Kalau fiksi mah, tergantung selera masing-masing ya. Kasih tahu dong buku rekomendasi kalian apa. Kali aja sesuai selera baca gw 😍


Comments

  1. Bacaannya berat2 banget ya Mbak , kalo saya malah bacaannya kebanyakan muter2 di genre horror sama komedi 😁

    Btw, saya juga tipe yang sayang banget sama buku, bahkan kalo lagi niat komik yang volumenya banyak itu saya plastikin lagi jadi satu biar lebih terawat dan aman dari debu, dulu juga suka nyampulin novel pake sampul bening. Tapi sekarang karena kebanyakan beli buku udah nggak sanggup lagi 😄

    Berarti Mbak Prisca ini koleksi bukunya pasti luar biasa ya 😄, apalagi walaupun harganya mahal nggak gentar kalau buat buku, ditambah suami juga hobi baca, ah surga banget 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHA nggak juga mas. Kalau fiksi kan relatif yaa suka nggaknya, kalo non-fiksi kayaknya lebih bisa terukur deh. Mungkin ya wkwkw

      Rekomendasiin bacaan humor dong mas. Udah lama nih gak baca yg konyol2. Aku suka baca yg begituan juga, soalnya cepet banget sejam dua jam kelar dan bahagia ngakak trus. Eh yg horor deh sekalian. Terakhir baca yg horor kayaknya pas SMA deh.

      Tapi emang nyampulin buku, kek melindunginya dari debu dan jamur tuh nyenengin banget ya. Apalagi pas liat tumpukan rapi gitu, rasanya kayak pencapaian aja. Ku juga rajin nyampulin buku. Paling suka sih nyobek plastik buku baru. Tapi males nyampah plastik abisnya wkwk

      Koleksi bukunya suamiku sendiri udah bisa buat perpus. Sayang ada di negaranya sana, kalo di drop kesini semua bisa-bisa bayar pajak masuknya lebih gede dari ongkirnya hahaha!

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad